MALANGTIMES - Wali Kota Malang Sutiaji memaparkan beberapa hal terkait inovasi Si Ikan Nila dari Kelurahan Bakalankrajan, Kecamatan Sukun, Kota Malang dalam rangka penilaian secara virtual menuju Top 45 Inovasi Nasional.
Setelah inovasi Si Ikan Nila lolos masuk menjadi Top 99 Inovasi Nasional dalam gelaran Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) 2021 yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara-Refromasi Birkorasi (KemenPAN-RB) RI, Kamis (8/7/2021) di Ngalam Command Center (NCC) Balai Kota Malang.
Baca Juga : BEM Untag 45 Banyuwangi Sayangkan Inkonsistensi Kebijakan Bupati Banyuwangi
Wali Kota Malang Sutiaji menjelaskan, Si Ikan Nila merupakan salah satu inovasi unggulan di Kota Malang karena memiliki beberapa keunikan. Salah satunya adalah inovasi budidaya Ikan Nila Merah pada lahan tidak produktif atau sempit kawasan perkotaan yang menggunakan teknologi bioflok.
Di mana teknologi bioflok tersebut berbasiskan kewilayahan dan keswadayaan dengan sistem kemitraan. "Dengan 85 pembudidaya yang mayoritas adalah generasi milenial, maka produksinya tembus sampai 26,4 ton per tahunnya. Dengan omzet Rp 660,9 juta per tahunnya. Ini adalah potensi yang luar biasa, sehingga patut kita apresiasi," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima MalangTIMES.com.
Orang nomor satu di Pemerintahan Kota Malang ini melanjutkan, Kelurahan Bakalankrajan sebagai inisiator dalam mengembangkan inovasi Si Ikan Nila ini mampu menjadi pioner bioflok secara kewilayahan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat dan keswadayaan wilayah.
Inovasi ini juga bukan hanya sekedar budidaya biasa namun lebih jauh telah mampu terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir di wilayah Kelurahan Bakalankrajan.
"Mulai dari pembenihan, pembesaran, edukasi teknis kolam, pengolahan pasca panen, pariwisata sampai dengan pemasaran menjadi satu kesatuan usaha yang dilaksanakan bersama-sama," ujarnya.
Sutiaji menambahkan bahwa untuk hasil panennya telah dijual dan dimanfaatkan oleh beberapa pelaku usaha di bidang kuliner. Sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat pekerja sektor informal yang mencapai Rp 1,8 juta rupiah per siklus per kolam.
Baca Juga : Kebutuhan Penanganan Covid-19 Langka, Polisi dan Kejaksaan Bentuk Tim Khusus
"Tentu, ini mampu menurunkan tingkat pengangguran, di mana muaranya terdapat 85 pembudidaya dan 121 orang pelaku usaha pendukung budidaya pasca panen dan UMKM olahan," tuturnya.
Kemudian, fenomena menarik lainnya, kata Sutiaji, adalah konsumsi ikan meningkat serta gizi masyarakat membaik. "Tingkat angka stunting juga menurun di wilayah Kelurahan Bakalankrajan. Inovasi ini patut kita support demi kemaslahatan masyarakat," tandasnya.
Sebagai informasi, Inovasi Si Ikan Nila merupakan sentra intensif budidaya Ikan Nila menggunakan sistem bioflok. Inovasi Kelurahan Bakalankrajan tersebut menjadi inovasi pelayanan publik sebagai perwujudan percepatan reformasi birokrasi dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.