BANYUWANGITIMES - Masyarakat Banyuwangi saat ini digemparkan oleh kabar baru tentang Kawah Ijen. Banyak yang menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Banyuwangi mengenai perjanjian untuk pembagian Tapal Batas Pengelolaan Ijen antara Bondowoso dan Banyuwangi.
Menurut Bagus Alfiyan Pujo Santoso Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Negeri (Poliwangi) Banyuwangi, bahwasanya Ijen merupakan salah satu ikon Kabupaten Banyuwangi sejak dulu. Dari sejak belum berkembang hingga sekarang menjadi salah satu primadona tempat kunjung wisatawan domestik maupun mancanegara. Bahkan gambar Ijen juga tercantum pada logo dari Kabupaten Banyuwangi.
Baca Juga : Viral Lewat Akun Youtube, Tukang Pijat Tulungagung Ini Penghasilannya Rp 10 Juta per Bulan
“Yang tentunya setiap makna dalam logo tidak ada yang kebetulan. Atau bahkan secara sembrono tercantumkan. Baru-baru ini juga muncul tanggapan dari pemerintah yang menyebutkan "Masyarakat Banyuwangi Sudahlah Jangan Buang-Buang Tenaga". Ini bukan merupakan buang-buang tenaga kami yang sia sia, karena kami meyakini dan merasa bahwa Ijen adalah potensi Banyuwangi, “ujar Bagus melalui WhatsApp (WA) Selasa (6/7/2021).
Permasalahan Ijen kali ini harus menjadi perhatian serius semua pihak, khususnya masyarakat Banyuwangi. Ijen merupakan potensi wisata Banyuwangi. Tanda tanya besar dinamika apa yang dimaksudkan pemerintah daerah Banyuwangi dalam penandatanganan itu? Penekanan apa yang diterima? Paksaan dengan cara apa yang dilakukan?
“Kami seolah-olah dibuat bingung atas ketidaksinkronan antara penyampaian lisan dan bukti tulisan yang ada. Katanya, kebijakan memang berdasar dari suatu kebajikan. Katanya, memperjuangkan apa yang semestinya menjadi hak kita semua untuk didapatkan,” imbuhnya.
Lantas tambah Bagus, kenapa ketika sudah menjadi milik Banyuwangi justru akan dilepas begitu saja? Hanya karena sebuah dinamika? Tindakan yang memicu permasalahan besar yang seakan akan menjadi sebuah ketidaksengajaan yang bisa semudah itu ditoleransi.
Alumni SMAN 1 Srono menuturkan permasalahan yang ada memang bukan kali pertama terjadi. Perdebatan mengenai status kepemilikan Gunung Ijen pun sejak tahun 2007 sudah pernah diperbincangkan, karena potensi wisata dan tambang belerang yang dimiliki gunung berapi dari Ijen tersebut.
Selama 14 tahun telah berlalu, Ijen berdiri kokoh dan dikenal sebagai destinasi wisata unggulan Banyuwangi. Bahkan sampai saat ini disebutkan terkait julukan "Triangle Of Diamond" yang salah satunya adalah kawah Ijen.
Baca Juga : Manajemen PT PBS Alami Kurang Setor Sejak 2013 ke Pemkab Banyuwangi
“Hal ini dibuktikan dalam peta secara geografis yang membentuk garis segitiga ketika ditarik lurus bersama 2 wisata lainnya yakni Plengkung dan Sukamade,” tambah Bagus.
“Kenapa baru sekarang kembali diperdebatkan ketika Ijen sudah benar-benar menjadi primadona baru yang hangat diperbincangkan dalam dunia pariwisata? Menikmati memang tak harus memiliki, katanya, tapi dengan kita memiliki, menikmati pun tidak akan canggung kedepannya. Kami berharap pemerintah Banyuwangi bisa mengembalikan Ijen ke pelukan Banyuwangi,” pinta aktivis Poliwangi tersebut.
Bagus menambahkan sebagai bentuk tanggung jawab dari keteledoran dan kecerobohan yang dilakukan Pemkab Banyuwangi untuk mempertahankan aset dan potensi Bumi Blambangan Banyuwangi, serta belum mampu dalam mengusahakan hak paten baik secara pengakuan administrasi maupun asumsi publik tentang segmentasi pengelolaan Ijen, agar tidak muncul kembali permasalahan yang serupa.
“Dalam hal ini kami juga meminta segenap jajaran pimpinan dan anggota DPRD Banyuwangi juga bisa turut andil dalam menggunakan hak interpelasi maupun hak angketnya dengan bijak untuk mempertahankan Ijen demi Banyuwangi,” pungkas Bagus.