BLITARTIMES - Petani Desa Kebonsari, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar semakin bersemangat menanam tembakau. Mereka para petani bertekad untuk menjadikan desa mereka sebagai sentra tanaman tembakau di kawasan Blitar selatan. Semangat para petani ini sejalan dengan harapan dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapa) Kabupaten Blitar.
Ya, Dispertapa tengah menjadikan Desa Kebonsari sebagai pilot project lokasi pengembangan tanaman tembakau. Para petani di desa setempat terus mendapatkan pendampingan dan pelatihan. Di antaranya Pendampingan Perencanaan Tanam dan Pemulihan Lahan Berdasarkan Syarat Tumbuh Tembakau dan Kelestarian Lingkungan, Senin (5/7/2021). Kegiatan pendampingan dilaksanakan secara protokol kesehatan. Kegiatan dilaksanakan langsung terjun ke lapangan di lokasi tanam tembakau.
Baca Juga : Untuk Buka Akses Satu Dusun, Lumajang Bangun Jembatan Gantung Sepanjang 198 Meter
“Seminggu lalu petani di Desa Kebonsari telah mulai menanam tembakau jenis Bojonegoro 1. Nah, hari ini mereka kami berikan pendampingan perencanaan tanam dan pemulihan lahan. Harapannya nanti tembakau yang ditanam saat panen hasilnya bisa baik,” kata Kepala Seksi (Kasi) Penyuluhan Dispertapa Kabupaten Blitar, Anita Arif Rahayu.
Anita menambahkan, karena berada di perbuktitan, petani di Desa Kebonsari menanam tembakau dengan sistem terasering. Desa Kebonsari juga memiliki karakteristik tanah kering. Dalam kesempatan ini, Dispertapa bersama-sama dengan Balittas Malang memberikan arahan untuk pola tanam tembakau kepada para petani.
“Karena tanahnya kering, maka yang diolah ya yang ditanami ini aja. Meski kering, tanah disini masih ada porinya, tanahnya tidak terlalu lengket. Petani juga kami berikan arahan untuk bertani tembakau ramah lingkungan,” tukasnya.
Ditemui di kesempatan yang sama, Ketua Kelompk Tani Tani Aji Desa Kebonsari, Sulistriani mendapat sosialisasi dari Dispertapa Kabupaten Blitar, jumlah petani di Desa Kebonsari yang menanam tembakau semakin banyak. Para petani pun bertekad untuk mengembalikan kejayaan pertanian tembakau di desa mereka.
Sekedar diketahui, mundur beberapa puluh tahun yang lalu, pertanian tembakau di Desa Kebonsari pernah mengalami masa kejayaan. Namun perlahan kejayaan itu sirna karena petani banyak beralih ke komoditas lain. Diantaranya tanaman holtikultura.
“Mayoritas petani di desa kami bertanam holtikultura. Cuma, tanaman holtikultura seperti cabai dan jagung ini rawan dengan serangan hama tikus. Nah, tanaman tembakau ini tikus tidak mau. Saat ini sudah ada sekitar 16 orang petani yang mau bertanam tembakau, kebanyakan petani muda,” paparnya.
Baca Juga : Medio 2000, Kuping Musisi Kota Malang Digempur Warna-warni Genre Musik
Sebelumnya, Kepala Desa Kebonsari, Subakri, di kesempatan ini menyampaikan, pihaknya berkeinginan menjadi tembakau sebagai sentra budidaya produksi pertanian di daerahnya. Dirinya optimis, tanaman tembakau akan dapat mengangkat perekonomian masyarakat Desa Kebonsari yang mayoritas bekerja sebagai petani.
“Saya harapkan pendampingan dan pelatihan dari Dinas Pertanian ini ke depan bisa berlanjut. Karena dulu di desa kami ini juga pernah ditanami tembakau dan pernah jaya di masanya,” ungkap Subakri.
Subakri berpesan kepada para petani dari Kelompok Tani Tani Aji yang mengikuti pendampingan agar mengikuti kegiatan ini dengan sebaik-baiknya. Menurutnya, ilmu yang disampaikan Dispertapa bersama dengan Balittas Malang adalah pengetahuan yang nantinya akan sangat memberikan manfaat bagi petani untuk bercocok tanam tembakau.
“Pertemuannya nanti berkala, ada 8 kali pertemuan. Harapan saya para petani memanfaatkan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya. Sehingga nanti pertanian tembakau di desa kami bisa kembali jaya seperti dulu di jaman bapak saya,” pungkasnya. (Adv/Kmf)