TULUNGAGUNGTIMES - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah kabar akan adanya tsunami yang menerjang wilayah pesisir selatan Pulau Jawa termasuk gugusan pantai di Tulungagung. Hal ini ditegaskan oleh Eko Prasetiyo Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, di pembukaan Sekolah Cuaca Nelayan, Sabtu (26/06/2021) bertempat di Pantai Popoh Kecamatan Besuki.
"Masyarakat di Popoh harus memahami, kawasan pesisir. Ada potensi bencana pesisir yang kemungkinan terjadi," kata Eko Prasetiyo.
Baca Juga : Eks Dirut Pertamina Sebut Limit Kartu Kredit Hanya Rp 500 Juta, Ahok: Buka Aja Semua
Meski punya potensi bencana pesisir, informasi akan adanya tsunami di Pulau Jawa belum bisa diprediksi. Pasalnya, tsunami tidak akan terjadi tanpa adanya gempa terlebih dahulu.
"Potensi yang mungkin terjadi adalah tsunami. Pada dasarnya, tsunami itu dimulai dengan gempa. Hingga kini, gempanya juga belum bisa diprediksi. Kami harap masyarakat tidak perlu panik dengan adanya informasi yang belum jelas kebenarannya terkait tsunami," ujarnya.
Jika terjadi gempa yang berpotensi tsunami, ada beberapa menit waktu untuk menyelamatkan diri menuju dataran yang tinggi dari wilayah pantai di Tulungagung. BMKG menurut Eko telah melakukan sosialisasi sebelumnya.
"(Butuh beberapa waktu) sebagaimana sudah dirilis sebelumnya. Jika memang ada gempa masyarakat sudah diberi tau harus kemana atau melakukan apa," ungkapnya.
Mengacu pada skenario terburuk jika terjadi tsunami yang dipicu oleh gempa magnitudo 8,7 di Selatan Jawa Timur, pantai selatan Blitar adalah wilayah yang tercepat terempas gelombang.
Baca Juga : Gatut Sunqu Menilai Pemkab Tulungagung Sudah Bagus, Namun Akan Lebih Bagus Jika Ada Wakilnya
Melalui satu pemodelan yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gelombang tsunami bisa mengempas pantai selatan Blitar dalam waktu 20 menit hingga 24 menit sejak gempa dengan magnitudo 8,7 terjadi.
Masih perlu waktu 4 menit sampai ada peringatan tsunami. Jadi, tinggal ada 16 menit untuk menyelamatkan diri.