LUMAJANGTIMES - Pak Daim (60) asal Dusun Berca, Kecamatan Ranuyoso, Lumajang menjadi satu-satunya nominator peraih Kalpataru dari Jawa Timur untuk Kategori Perintis Lingkungan.
Masuknya Pak Daim sebagai salah satu nominator Kalpataru bermula dari niatnya untuk melestarikan hutan di sekitar tempat tinggalnya, karena banyak sekali kawasan yang gundul yang sering menyebabkan banjir saat musim hujan.
Baca Juga : Panglima TNI dan Kapolri Tinjau Vaksinasi di Ngrowo Bening Madiun
Maka sejak tahun 1999, Pak Daim memulai mengambil bibit pinang yang banyak di sekitar rumahnya untuk di tanam di kawasan hutan yang tak jauh dari rumahnya tersebut.
"Dari pada hutannya gundul dan banyak penebangan pohon, saya tanami saja. Di sini banyak pohon pinang, jika buahnya sudah tua biasanya jatuh dan tumbuh jadi bibit. Nah bibit-bibit itu kemudian saya bawa ke hutan untuk ditanam. Itu yang saya lakukan sejak lebih dari 20 tahun lalu," kata Pak Daim kepada Jatimtimes.
Bermula dari satu bibit pohon pinang, kini setelah lebih dari 20 tahun menanam, jumlah pohon pinang yang tumbuh sudah mencapai 12 ribu pohon pada areal seluas 8 hektar.
Atas kepedulian Pak Daim tersebut, lahan yang semula gundul, kini sudah mulai tumbuh ribuan pohon pinang yang sangat bermanfaat sebagai kawasan resapan air hujan, disamping bisa meminimalisir terjadi banjir dan longsor.
“Saya memilih tanaman pinang, karena selama ini kalau musim kemarau sering ada kebakaran hutan, kalau musim hujan sering banjir. Tanaman pinang yang tinggi biasanya tak mudah terbakar karena daunnya di atas. Sedangkan akarnya sangat kuat untuk menahan longsor dan banjir,” kata Pak Daim.
Baca Juga : Ketujuh Kalinya, FIFGROUP FEST Hadir Tawarkan Program Promo Menarik di Banjarmasin
Sementara Kepala DLH Lumajang Ir. Yuli Haris ketika mengunjungi lahan yang ditanami Pak Daim mengatakan, semangat Pak Daim selama lebih dari 20 tahun melakukan penanaman tanpa henti adalah sesuatu yang luar biasa untuk masyarakat setempat.
“Pak Daim tidak pernah berpikir kalau yang ia lakukan akan menjadikan tim Kalpataru akan datang ke rumahnya. Yang dia pikirkan adalah menanam dan terus menanam. Kini banyak orang menerima manfaatnya. Dulu bahkan ada menganggap apa yang dilakukan Pak Daim sebagai ide gila dan kurang kerjaan, tapi sekarang masyarakat mulai mendapatkan manfaatnya,” kata Yuli Haris.