BATUTIMES - Adanya kasus dugaan kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan eksplotasi ekonomi yang terjadi di sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu membuat banyak pihak kaget. Bahkan ada alumni sekolah tersebut yang tidak percaya ada kejadian negatif di SPI.
Seperti halnya yang diungkapkan dua alumnus SPI, Sabtu (12/6/2021). Dengan lantang dan percaya diri, mereka mengungkapkan pengalamannya di SPI.
Baca Juga : 3 Tahun, Pengajuan IMB Terus Turun di Kota Batu
Salah satunya Dila, alumni SPI yang sudah menetapkan hatinya selama 13 tahun terakhir di SPI. Ia sedih dan tidak percaya terhadap kabar adanya kasus dugaan kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan eksplotasi ekonomi di SPI.
“Saya Dila angkatan kedua. Sejak tahun 2008 ,saya memutuskan di SPI. Totalnya sudah 13 tahun. Dan yang saya rasakan nyaman dan besar harapan bisa terus mengembangkan lebih banyak,” ungkapnya.
Dila menganggap dugaan kasus yang dilaporkan okeh Komisi Nasional Perlindungan Anak itu tidak benar. Sebab, selama 13 tahun ia di sana, tidak pernah ada kejadian seperti yang dilaporkan.
“Sungguh kabar itu mencoreng nama SPI. Saya pribadi sedih dan kaget. Saya tidak percaya,” tambahnya.
Sementara Rosi yang baru saja lulus tidak jauh berbeda dengan Dila. Rosi mengungkapkan hal yang sama. Saat berada di SPI, dia mengaku menerima banyak perubahan, mulai dari lebih percaya diri dan menggali bakat.
Baca Juga : Dinas Pariwisata Kota Batu Gelar Tour Virtual Gowes Wisata Nasional, Grand Prize Daihatsu Ayla
“Di sini hukan sekadar belajar akademis, tapi tentang praktik banyak hal. Mulai menggali bakat dan pembina memberi banyak kesempatan,” ucapnya.
“Banyak perubahan saat pulang. Sudah pintar ini itu. Yang saya rasakan hari pertama sampai saat ini, sangat suka cita di sini,” tutup Rosi.
Seperti diberitakan, puluhan siswa SPI melaporkan bahwa terjadi dugaan kekerasan seksual, kekerasan fisik, eksploitasi ekonomi oleh pemilik SPI berinisial JEP. Mereka malapor ke Polda Jatim dan Polres Batu dengan didampingi Komnas Perlindungan Anak.