INDONESIATIMES - Seorang pria Yahudi kelahiran Rusia namun berkebangsaan Israel sempat menghebohkan umat Islam. Pria tersebut sempat memajang fotonya yang berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah.
Peristiwa yang sudah terjadi pada 2017 lalu itu kembali dibahas di media sosial melalui channel YouTube Catatan Ringan pada Minggu (6/6/2021). Pada 2017 lalu, pria bernama Ben Tzion tersebut nekat masuk ke dalam Masjid Nabawi dan sempat berfoto.
Baca Juga : Gaji THL dan Tenaga Honorer di Kota Batu Naik
Yang mengejutkan, saat berfoto, Tzion menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang Yahudi. Tzion juga membawa tefillin atau phylacteries. Tefillin merupakan gulungan teks suci umat Yahudi dan dengan tulisan Ibrani di kantungnya.
Ia lantas memajang fotonya itu di dalam akun media sosial miliknya. "Rakyat Arab Saudi akan berdiri berdampingan bersama dengan bangsa Yahudi," tulis Tzion dalam unggahannya.
Melihat itu, para pengguna media sosial lantas melontarkan berbagai tanggapan kepada pria yang juga diketahui sebagai blogger itu. Menurut laporan BBC, tagar berbahasa Arab #seorangzionidimasjidnabawi muncul lebih dari 90 ribu kali di Twitter.
Tagar tersebut juga bersanding dengan tagar #zionist hingga #zionisdimasjidnabwi dalam bahasa Inggris.
Di Saudi, Tzion mengaku dirinya diterima dengan ramah oleh umat Islam setempat meski mereka tahu jika ia adalah seorang ziyoones. Walau saat itu Arab Saudi menolak paspor Israel, Tzion bisa masuk dengan menggunakan paspor Rusia. Diketahui, Tzion mengantongi dua kewarganegaraan, yakni Rusia dan Israel.
Kecaman bagi Tzion ini bersumber dari aturan yang melarang non-muslim untuk memasuki wilayah suci seperti Makkah dan Madinah. Untuk diketahui, aturan tersebut bukan dibuat oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Namun, hal itu merupakan aturan yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Pelarangan itu mulai berlaku sejak tahun 9 Hijriah (629 M).
Baca Juga : Peringati Hari Lingkungan Hidup, Pemkot Batu Komitmen Lestarikan Kualitas Air Hulu Brantas
Pelarangan tersebut juga didasarkan pada Surat At-Taubah Ayat 28. Dalam surat tersebut, tertulis larangan secara tegas non-muslim untuk masuk ke areal dua masjid suci umat Islam itu.
Khusus untuk Kota Madinah, meski wilayah itu mulai membuka diri bagi non-muslim akibat pembangunan knowledge economic city (KEC) yang menjadi "smart city" pertama di Arab Saudi, area Masjid Nabawi tetap tertutup untuk non-muslim.
Jauh sebelum Ben Tzion, ternyata terdapat sejumlah kasus orang-orang non-muslim menyelinap ke Haraimain, bahkan sampai masuk ke dalam masjid. Pada 1503 misalnya, pelancong Italia Ludovico Di Varthema masuk ke Masjidi Haram sebagai pendamping rombongan haji.
Lalu pada 1853, diplomat Inggris Sir Richard Burton yang sedang melakukan studi tentang masyarakat Islam berpura-pura masuk Islam dan melakukan khitan. Hal itu dilakukan agar ia bisa melakukan ibadah haji.
Kejadian serupa juga dilakukan oleh orientalis ternama Belanda Snouck Hurgronje. Kala itu ia berpura-pura menjadi mualaf dan belajar Islam di Makkah pada akhir abad 19.