JATIMTIMES - Terkait wacana adanya rencana pembangunan Jembatan Kaca di sekitar kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), pihak Balai Besar membeberkan perkembangan rencananya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai Besar TNBTS Novita Kusuma Wardani mengatakan, rencana pembangunan Jembatan Kaca tersebut nantinya akan dieksekusi langsung oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI.
Baca Juga : Sudah 60 Korban Mengadu Terkait Dugaan Kekerasan Seksual, Fisik, dan Eksploitasi Ekonomi di SPI Kota Batu
Lanjut Novita, pihaknya mengetahui rencana pembangunan Jembatan Kaca ini baru pada awal tahun 2021. Namun terdapat beberapa hal yang dikatakan Novita perlu diluruskan.
"Rencana pembangunan jembatan kaca ini yang akan melaksanakan adalah Kementerian PUPR melalui Direktorat Jendera Bina Marga. Karena salah satu instruksi dari Bapak Menteri waktu itu kalau tidak salah membuat semacam mercusuar untuk masterpiece wisata, lain dari pada yang lain," ungkapnya.
Pada saat itu, disampaikan Novita bahwa pihaknya diberikan informasi dan ditanya oleh tim dari Kementerian PUPR RI terkait titik calon lokasi pembangunan Jembatan Kaca sekitar Bulan Januari 2021 lalu.
"Kemudian dari titik yang disampaikan oleh PU, ternyata memang lokasi utamanya ada di luar kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, di Seruni Point Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo," ujarnya.
Memang benar untuk titik utamanya dan pilar-pilarnya berada di luar kawasan TNBTS tepatnya berada di lahan milik masyarakat sekitar.
"Setelah dilakukan pengecekan ke lapangan, titik pilar-pilarnya itu ada di luar kawasan Taman Nasional di lahan masyarakat, tetapi memang jembatannya melintas di atas jurang yang ada di dalam kawasan Bromo Tengger Semeru view nya kearah Gunung Batok, Bromo dan Semeru," jelasnya.
Di sisi lain, dengan adanya Jembatan Kaca membuat terjadinya pemecahan kunjungan. Dikatakan Novita bahwa untuk saat ini lokasi Pananjakan sudah mencapai over load mass tourism.
"Diharapkan dengan adanya jembatan kaca ini disamping atraksinya berbeda juga menjadi lokasi lain untuk melihat keindahan Bromo Tengger Semeru untuk matahari terbit atau pemandangan biasa. Dan bisa menambah kunjungan ke kawasan sekitaran TNBTS," ujarnya.
Namun, yang sempat menjadi bahan pro dan kontra antara masyarakat sekitar dengan pengambil kebijakan yakni posisi Jembatan Kaca yang melintas diatas kawasan yang dianggap suci oleh masyarakat sekitar.
Baca Juga : Antisipasi Ancaman Mass Tourism, TNBTS akan Gencar Berikan Edukasi Wisata Alam
Hal itu diketahui ketika adanya pertemuan di Wisma Ojik, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo sekitar dua bulan yang lalu, melibatkan jajaran stakeholder dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo, pihak Balai Besar TNBTS, tokoh adat setempat, ketua paguyuban serta kepala desa.
"Memang waktu itu sempat ada pro dan kontra. Karena lokasinya itu melintas diatas goa yang disucikan masyarakat Tengger. Kemudian setelah dikomunikasikan, dipilih lokasi yang agak mundur, tidak melintasi Goa itu dan masyarakat pun tidak keberatan," ujarnya.
Lebih lanjut Novita mengatakan bahwa secara konservasi sebetulnya dengan adanya Jembatan Kaca membuat makhluk hidup, tumbuhan endemik hingga kondisi jalur di kawasan TNBTS semakin terjaga dan aman.
"Karena kan pengunjung datang kesini tidak "menginjak-injak kawasan". Tapi dia justru melintas diatas jembatan yang minim interaksi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, itu sisi positifnya," terangnya.
Sementara itu pada prinsipnya, pihak Balai Besar TNBTS juga akan menggelar rapat bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal KSDAE (Konsevasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem) dan Direktorat Jenderal Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi.
"Bahwa rencana pembangunan Jembatan Kaca di Kabupaten Probolinggo tadi, harus melalui kajian lingkungan juga. Jadi mereka harus menyusun UKL-UPL, kemudian termasuk ketika ada yang melintasi di kawasan Taman Nasional ya harus ada perjanjian kerja sama, termasuk pengelolaannya kedepan seperti apa," pungkasnya.