MALANGTIMES - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang nampaknya terus memberi perhatian kepada Paguyuban Penggerobak. Selain memberikan pendampingan dan pelatihan pengolahan sampah, dinas yang menaungi kebersihan dan keindahan di Kota Pendidikan itu juga terus memberikan yang terbaik.
Diantaranya dengan meminjamkan beberapa peralatan yang dimiliki DLH Kota Malang untuk bisa dimanfaatkan oleh Paguyuban Penggerobak. Selain itu, DLH Kota Malang berencana mengajukan penghargaan bagi penggerobak yang telah membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Malang dalam mengurangi sampah.
Baca Juga : Suka Duka Penggerobak, Kais Rezeki Sekaligus Kurangi Sampah Plastik Kota Malang
Pasalnya, penggerobak dinilai sebagai salah suatu pekerjaan mulia yang jarang diketahui oleh masyarakat. Padahal peran mereka sangatlah besar, karena mampu mengurangi sampah yang setiap hari dihasilkan oleh masyarakat.
Namun saat ini mungkin tidak banyak orang yang tahu peran penggerobak. Bahkan bisa jadi ada anggapan bahwa penggerobak adalah sebuah pekerjaan yang cukup kotor.
Padahal, peran penggerobak dapat membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Malang dalam mengurangi sampah yang setiap hari dihasilkan masyarakat mencapai 500 hingga 700 ton.
Kepala Bidang (Kabid) Persampahan dan Limbah B3 DLH Kota Malang, Heri Sunarko mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk mengajukan penghargaan bagi penggerobak yang mampu membantu mengurangi sampah.
“Nanti akan kami ajukan untuk mendapatkan penghargaan. Karena beliau-beliau ini sudah banyak membantu kami mengolah sampah organik menjadi kompos dan bisa dijual keluar, dan penghasilannya juga kembali ke mereka dan tidak ada satu rupiah pun ke kami,” kata Heri kepada MalangTIMES.
Dijelaskan Heri, penggerobak ini merupakan garda terdepan pemilahan sampah, baik organik maupun anorganik selain pasukan kuning yang dimiliki. “Penggerobak itu mitra kerja kami, kami tidak membayar mereka. Mereka swakelola swadaya oleh wilayah tersendiri,” jelas dia.
Meski sejauh ini Pemkot Malang dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) belum bisa memberikan jaminan kesejahteraan. Namun telah diberikan tempat bagi penggerobak untuk mencari nafkah. Salah satu contohnya adalah tempat pemulung dan penggerobak yang ada di SPA (Stasiun Pemberhentian Sementara) Velodrome.
Baca Juga : 4 Tahun Berdiri, Paguyuban SPA dan TPS 3R Velodrome Harap Digandeng Pemkot Malang
“Mereka kami bina dan Alhamdulillah bisa mandiri mengembangkan kompos. Hasil berapapun yang diterima itu untuk kesejahteraan mereka, kami siapkan lokasi mereka dan membantu proses pemasaran. Saat ini pemasaran sudah melalui luar kota,” kata Heri.
Dengan ini, Heri berharap hal positif ini dapat menular ke penggerobak di TPS yang lain. Yakni melalui rumah kompos atau PKD.
“Kalau teman penggerobak bisa melakukan mandiri harusnya juga bisa diikuti oleh masyarakat,” pungkasnya.
Upaya pengurangan sampah, utamanya plastik memang menjadi perhatian tersendiri dari Pemerintah Kota Malang. Sederet program telah diluncurkan untuk mengurangi produksi sampah di Kota Pendidikan ini. Selain itu, upaya mengedukasi masyarakat juga terus dilakukan.
Adanya contoh mengolah sampah menjadi kompos dan produk lain yang lebih bernilai seperti Paguyuban Penggerobak, diharapkan muncul keinginan masyarakat untuk memilah sampah dari rumah. Gerakan itu diharapkan bisa mengurangi jumlah sampah hingga ke TPA Supit Urang secara berkala.