free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Mengenang 23 Tahun Soeharto Lengser dan Orde Baru Tumbang

Penulis : Desi Kris - Editor : Dede Nana

21 - May - 2021, 19:07

Placeholder
Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden (Foto: SorotNTT

INDONESIATIMES - Sejak pagi hari ini, Jumat (21/5/2021) tagar #Soeharto menjadi trending di Twitter. Hal ini dikarenakan tepat 23 tahun lalu Soeharto lengser dan orde baru mulai runtuh. 

Kala itu pada 21 Mei 1998 sudut-sudut ibu kota porak-poranda. Jalanan diblokade militer, pasar dibakar, pusat perbelanjaan dijarah hingga gedung parlemen diduduki mahasiswa dan jelata.

Baca Juga : Posko Satgas Covid-19 Kebanjiran Izin Hajatan, Bupati Tulungagung Tak Keluarkan Izin Keramaian

Lantas kematian 4 orang mahasiswa Trisakti bak terompet kematian bagi Soeharto. Amarah publik yang terpendam selama 32 tahun akhirnya membuncah. Ratusan ribu mahasiswa turun ke jalan. Meski berasal dari kelompok yang berbeda, tujuan mereka hanya 1 yakni menumbangkan Soeharto.

Namun, kekacauan di Ibu Kota tak lebih semrawut dari benak Yusril Ihza Mahendra. Pikirannya kusut, hatinya berkecamuk, berulang kali ia membisiki Soeharto untuk mengundurkan diri. 

Namun, penguasa Orde Baru itu justru ngotot melanjutkan kepemimpinannya sebagai presiden. Hingga Soeharto begitu yakin bisa lengser secara mulus dengan membentuk Komite Reformasi. 

Ia bahkan percaya diri bisa membentuk Kabinet Reformasi sebelum meninggalkan takhta. Padahal, saat itu Komite Reformasi hampir mustahil terbentuk. Hanya ada 3 dari 45 orang tokoh masyarakat yang menerima ajakan Soeharto masuk komite tersebut. 

Sehari sebelum Soeharto lengser

Pada 20 Mei 1998, Yusril tiba di rumah Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat. Sejak tekanan publik menguat, Soeharto memilih bekerja dari rumah.

Di Cendana, Yusril datang dan ditemani Mensesneg Saadillah Mursyid, Bambang Kesowo, dan Sunarto Sudarno. Mereka memutar otak untuk mencari jalan keluar. Saat jalan pikiran mereka buntu, mereka memilih untuk istirahat sejenak. Yusril lalu mampir ke rumah tokoh Muhammadiyah, Abdul Malik Fajar selepas Magrib. Ia menumpang untuk makan dan berganti baju.

Saat makan, ia ditemui Akbar Tanjung dan Tanri Abeng. Kedua tokoh itu lalu menyampaikan jika 14 menteri mengundurkan diri dari Kabinet Pembangunan ke-VII. Akbar memberi sepucuk surat berisi pengunduran diri 14 menteri. Mengetahui hal itu, pikiran Yusril makin tak karuan. Tak ada jalan lain, selain Soeharto harus pamit sebagai presiden. Malam itu juga, Yusril kembali ke Cendana. 

Ia antarkan surat dari Akbar Tanjung dkk. "Pak Harto bilang, 'Kalau sudah begini, ya sudah enggak bisa. Ya sudah mundur saja. Kamu persiapkan bagaimana saya mundur,'" ucap Yusril menirukan Soeharto kala itu. 

Yusril dkk lalu mulai bergerak cepat merumuskan skenario untuk mengakhiri jabatan Soeharto. Terdapat sejumlah opsi, namun Yusril usul menggunakan Tap MPR Nomor VII/MPR/1973 sebagai landasan.

Menurutnya, cara terbaik mengakhiri Orde Baru kala itu ialah dengan pengunduran diri Soeharto. Dia merasa cara ini sederhana karena tidak membutuhkan persetujuan MPR/DPR. Soeharto hanya cukup perlu mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden. Lalu, B.J. Habibie yang saat itu menjabat Wakil Presiden otomatis mengisi kepemimpinan negara.

Momen Soeharto lengser 21 mei 1998

Hingga akhirnya tiba pada 21 Mei 1998, dini hari, Yusril menelepon Ketua Mahkamah Agung (MA) Sarwata bin Kertotenoyo. Ia meminta agar Sarwata hadir di Istana Presiden pada pagi hari pukul 07.00 WIB.

Namun Yusril merahasiakan tujuan pemanggilan Sarwata ke Istana. Padahal, Sarwata dihadirkan untuk melantik Habibie setelah Soeharto lengser.

"Pak Harto ingin bertemu," ucap Yusril melalui telepon kepada Sarwata. 

Hakim itu tentu tak bisa menolak karena Soeharto telah bertitah.

Baca Juga : Disnaker-PMPTSP: Sementara 18 PMI yang Sudah Datang di Kota Malang

Lalu pada pukul 05.30 WIB, Yusril tiba di Cendana. Ia menyerahkan naskah pidato kepada Soeharto dengan judul 'Pernyataan Berhenti Sebagai Presiden Republik Indonesia'. Soeharto membaca sejenak lembaran-lembaran itu. Tiba-tiba, Soeharto mengatakan ingin menambahkan sedikit teks di pidato terakhirnya itu.

"'Saya mau katakan, saya mau minta maaf atas kesalahan saya dan minta kabinet dibubarkan, demisioner'," ucap Soeharto yang ditirukan Yusril.

"Tapi saya enggak sempat lagi ini, Pak," ujar Yusril menanggapi.

"'Ya sudah, saya tulis tangan saja,'" balas Soeharto.

Soeharto lalu mengambil pulpen di kantong jas Yusril. Ia menambahkan beberapa kalimat dalam naskah tersebut. Naskah beres, Yusril dan Soeharto lalu berangkat ke Istana.

Iring-iringan kepresidenan tiba di Istana. Kala itu Soeharto turun didampingi putri sulungnya, Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut. Soeharto datang dengan mengenakan pakaian safari abu-abu gelap. Pembawaannya tampak tenang dengan diwarnai senyuman dan berjalan masuk ke Istana.

Di Ruang Jepara, mikrofon sudah siap. Awak media menunggu kehadiran Sang Presiden sejak pagi. 

Soeharto pun bicara: "Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945, dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," ucap Soeharto.

"Sesuai dengan Pasal 8 UUD '45, maka Wakil Presiden Republik Indonesia Prof. H. BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden Mandataris MPR 1998-2003," lanjutnya. 

Yusril menyebut suasana di ruangan itu seolah mencekam. Semua orang tampak hening mendengar pidato Presiden RI ke-2 itu. Beberapa orang gugup, bahkan Ketua MA Sarwata, sampai tak sadar jika ia mengenakan toga terbalik di acara itu. Sarwata pun tetap mengenakan toga terbalik saat melantik Habibie sebagai presiden.

Usai lengser, Soeharto berjalan menghampiri orang-orang yang hadir. Soeharto tampak menyalami pejabat negara satu per satu. Setelah itu, ia melangkahkan kaki keluar Istana dengan tetap tersenyum.

"Saya menyaksikan terakhir Pak Harto keluar dari Istana dan tidak pernah kembali lagi sampai meninggal," kata Yusril.


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Desi Kris

Editor

Dede Nana