MALANGTIMES - Anak jalanan (anjal), gelandangan dan pengemis (gepeng) seringkali masih banyak yang terjaring razia oleh petugas dari Satpol (Satuan Polisi Pamong Praja) Kota Malang yang kemudian dilimpahkan kepada Dinas Sosial, Perlindungan Perempuan dan Anak, Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang.
Terkait hal tersebut, Kepala Bidang Rehabilitasi Perlindungan Jaminan Sosial (Replinjamsos) Dinsos-P3AP2KB Kota Malang Titik Kristiani mengungkapkan penyebab anjal dan gepeng masih terus ditemukan beraktivitas di jalanan karena tiga hal.
Baca Juga : Begini Penanganan Anjal dan Gepeng oleh Dinsos-P3AP2KB Kota Malang
"Berdasarkan pengamatan sementara itu satu karena pengaruh lingkungan. Kedua mungkin juga karena dorongan faktor ekonomi. Yang ketiga memang dari keluarga yang orang tuanya dari turun temurun hidupnya selalu di jalanan seperti itu," ungkapnya kepada MalangTIMES.com.
Perempuan yang akrab disapa Titik ini pun menjelaskan terkait tiga faktor yang menyebabkan anjal dan gepeng masih terus beraktivitas di jalanan. Untuk faktor pertama yakni terkait pengaruh lingkungan, kata Titik mengenai pergaulan yang salah.
"Yang saya maksud pengaruh lingkungan itu tadi, mungkin dia salah pergaulan. Dia berteman akrab dengan orang-orang yang begitu, sehingga ia tertarik untuk mengikuti," ujarnya.
Titik pun memberikan contoh bahwa beberapa tahun yang lalu terdapat anak terlantar yang kemudian dititipkan ke LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) selama beberapa bulan. Lalu saat momen liburan, anak tersebut dikembalikan ke Disos-P3AP2KB Kota Malang.
"Karena Dinsos-P3AP2KB tidak mempunyai shelter untuk anak maka kita titipkan di camp assessment. Pada saat itu terjadi razia, ada salah satu anak jalanan itu yang anak dari Malang tapi sudah kemana-mana," terangnya.
Lanjut Titik, bahwa anak yang terjaring razia tersebut ternyata menjemput anak yang berada di LKSA yang kemudian mereka berdua pergi dan informasi terakhir, kata Titik, pergi menuju Jakarta.
"Beritanya sekarang mereka ada di Jakarta. Ya sudah kemana-mana. Padahal masih usia anak SMP lah. Kalau yang ngajak itu sekitar usia SMA lah. Dan masih usia anak. Kalau yang disebut anak itu pengertian dalam sosial, mulai dari ibu hamil sampai dengan usia 18 tahun," jelasnya.
Baca Juga : Kemenag Kota Malang Tonjolkan 4 Program di Kampung Qoryah Sakinah
Lalu, selain itu juga ada faktor dorongan ekonomi yang mungkin mereka berasal dari keluarga yang tidak mampu akhirnya mencari penghasilan tambahan dengan mengamen maupun beraktivitas lainnya di jalanan yang penting mendapatkan uang.
"Wong anak-anak, dia kan belum punya keterampilan. Ya yang paling mudah ya itu, ikut ngamen lah di jalan, atau berjualan apa adanya, yang penting dia mendapatkan tambahan uang saku. Contohnya seperti sekarang banyak yang berjualan bakpau itu," terangnya.
Terakhir, faktor yang memengaruhi adalah mereka memang berasal dari keluarga gelandangan dan pengemis. Hal itu yang membuat mindset dengan mengemis sudah dapat menghasilkan uang.
"Ketiga memang dari keluarga yang seperti itu. Jadi memang mbahnya, bapaknya, ibunya itu ya memang pengemis. Jadi anak-anaknya ya memang diajak di jalan. Sehingga anak itu air cucuran atap, jatuhnya ke pelimbahan juga," pungkasnya.