MALANGTIMES - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lumbung Informasi Rakyat (Lira) Malang Raya melakukan audiensi ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang. Hal itu menindaklanjuti pengaduan Wiroso (43), salah satu orang tua siswa peserta seleksi persiapan Kompetisi Sains Nasional ( KSN) di Kota Malang yang merasa anaknya tak lolos karena proses seleksi dinilai amatiran.
Wakil Ketua Lira Malang Raya Mohammad Ulla, yang didampingi Ketua Lira Malang Raya M. Zuhdy Achmadi dan Sekda Lira Dito Arief Nurakhmadi yang mengadvokasi permasalahan tersebut, menjelaskan bahwa dalam audiensi (19/4/2021). pihak Disdikbud menyampaikan memang anak Wiroso tak men-submit hasil pekerjaannya.
Baca Juga : Selain Penyekatan, Pemkot Batu Fokus Vaksinasi Lansia Jelang Idul Fitri 2021
"Karena tidak submit, sehingga hasil pekerjaannya tidak ada. Lalu kami pertanyakam juga yang submit belakangan apa bisa dilihat nilainya. Tapi ternyata sistemnya tidak men-support itu. Kalau memang alasan seperti itu, kami minta bukti kalau submit-mya terlambat. Tapi ini kan nggak bisa dibuktikan karena nggak ada auto save yang tidak ter-submit atau submit terlambat," bebernya.
Kemudian, Lira Malang Raya juga menyoroti hasil dari 15 peserta seleksi yang lolos namun dengan nilai yang minim. Bahkan untuk tataran kompetisi tersebut nilai empat pun lolos. Kendati begitu, disampaikan pihak Disdikbud bahwa kuota tersebut tidaklah bisa ditambah maupun mengulangi lagi.
"Tahapan saat ini sudah final. Dari 15 itu, ternyata sudah disaring lagi sekarang. Sisa enam, ada juara 1 sampai 3. Kemudian 3-6 sebagai juara harapan, sehingga untuk mundur sudah terlalu jauh langkahnya. Tapi infonya nanti tergantung provinsi. Jika minta yang juara 1 sampai 3 ini, ya 1 hingga 3 ini yang dikirimkan. Jika minta enam, ya enam yang dikirim," ungkap Ulla.
Sistem yang digunakan dalam penyeleksian juga dikritisi. Sistem hanya men-support mereka yang melakukan submit. Sehingga, peserta yang tidak melakukan submit, data pekerjaannya tak tersimpan.
"Kami minta agar itu (sistem) dibenahi. Ketika misalnya katanya gugur telat submit atau tidak submit, ada buktinya. Harus ada semua," ucap Ulla.
Lira mendorong pelaksanaan KSN ke depan tentunya harus benar-benar disiapkan. Hal itu tentunya juga disertai penyiapan anggaran yang itu akan mendukung pelaksanaan KSN. Bukan dengan memanfaatkan sebuah aplikasi yang tak layak dalam penyelenggaraan sebuah kegiatan pendidikan, terlebih lagi untuk ajang kompetisi.
"Jadi, yang digunakan bukan aplikasi profesional. Kami tanya menang tidak ada anggarannya. Aplikasi minta tolong. Ini kan aplikasi dari sebuah bimbel yang memberikan bimbingan kepada peserta arena pandemi. Jadi, sekalian dibuatkan sistemnya. Ini bukan aplikasi profesional yang disiapkan dari bagian KSN," ujar Ulla.
Ketua Lira Malang Raya M. Zuhdy Achmadi menambahkan, dari sisi aspek kebijakan, pelaksanaan KSN ini memperlihatkan adanya kelemahan dalam perencanaan kegiatan dan penganggaran di dinas pendidikan. Sistem luring dan daring semestinya sudah bisa diantisipasi mengingat pandemi sudah berjalan satu tahun dan seharusnya sudah bisa diprediksi.
"Apalagi alokasi APBD Kota Malang untuk Dinas Pendidikan merupakan salah satu yang terbesar. Sehingga aneh bilamana ketiadaan anggaran menjadi permasalahan dalam pengadaan aplikasi atau sistem IT khususnya dalam penyelenggaraan KSN," kata dia.
Baca Juga : Perhiasan Hilang, Bocah 4 Tahun yang Ditemukan Tewas di Sumur Diduga Dibunuh
Dari hal-hal tersebut, tampak bahwa pelaksanaan KSN tidak profesional dan diselenggarakan dengan persiapan yang ala kadarnya. Meskipun klaim Disdikbud bahwa Kota Malang selalu berprestasi setiap tahun di KSN tingkat Nasional, pelaksanaannya perlu dievaluasi bilamana fenomena yang terjadi pada KSN kali ini terjadi kembali di kemudian hari.
"Proses rekrutmen dan tahapan pengujian kemampuan siswa perlu direvisi sehingga bisa seobjektif mungkin dan dapat menghasilkan juara yang betul-betul terbaik. Lira sudah beberapa tahun dilibatkan dalam proses penerimaan catam, caba dan Akpol saat masih dilakukan secara manual (tertulis). Salah satunya pengecekan sebelum semua soal dibagikan kepada peserta, sehingga transparansi penerimaan dapat diterima semua pihak dan lulusan yang dihasilkan murni dan terbaik. Malang sebagai Kota Pendidikan sudah semestinya menerapkan aplikasi IT secara benar sehingga bisa menjadi contoh bagi daerah lain," beber pria yang akrab disapa Didik tersebut.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana menyampaikan, pihaknya bersama panitia telah bekerja maksimal. Pihaknya meyakini panitia telah melakukan tugasnya dengan baik dan mengingatkan peserta untuk segara melakukan submit saat proses seleksi.
"Kalau mau mengkritisi aplikasi, itu kan pemakainya 300-an orang bisa. Sementara hanya beberapa orang yang nggak bisa, tidak keluar nilai. Artinya, submit lebih atau mungkin nggak submit. Kan bisa saja mungkin teledor nggak submit dan yang lainnya," ujarnya.
Meskipun begitu, dengan berbagai macam hal yang ada dan terjadi dalam proses seleksi, Disdikbud tetap akan melakukan evaluasi dan tidak menutup diri dengan saran, kritik maupun masukan. "Terima kasih sarannya. Kami tetap akan evaluasi," pungkas Suwarjana.