MALANGTIMES - Tak lengkap rasanya, menikmati sajian kuliner jajanan kolonial tanpa suasana dan tempat yang mendukung. Sepertinya, itu yang menjadi alasan generasi penerus Toko Madjoe untuk mempertahankan interior dan segala pernak pernik yang ada di dalamnya.
Dari tampak depan saja, toko yang berada di Jalan Pasar Besar No. 30B, Kota Malang itu terlihat seperti rumah tua. Lengkap dengan papan nama dengan ejaan lama. Bedanya, dari luar sederet jajanan sudah terpampang di aneka toples.
Baca Juga : Ada Sejak 1930, Toko Kue Kering ini Jadi Primadona di Era Kolonial Belanda
Ketika masuk ke dalam ruangan, kalian akan diajak seakan-akan menyusuri lorong waktu masa lalu. Apalagi, interior-interior yang dihadirkan juga khas barang-barang jadul.
Cucu pemilik Toko Madjoe Charles menyampaikan, kekhasan interior ruangan dan segala pernak perniknya tersebut memang tidak pernah diubah. Selain karena hobi mengoleksi barang-barang kuno, keluarganya memang mempertahankan itu sebagai ciri khas bangunan dari toko yang berdiri di 1930 tersebut.
"Kami memang mempertahankan itu, karena kami juga pecinta barang-barang kuno. Dan kita pertahankan dengan arsitektur dulunya seperti itu. Dan saya rasa, itu merupakan ciri khas dari Toko Madjoe ya," paparnya.
Didukung dengan suasana kental heritage, rasa untuk kue yang diproduksi pun juga mempertahankan resep-resep lama. Hal ini, agar cita rasa yang dihasilkan tak berubah dan tetap diminati oleh para pelanggannya.
"Resep kita pertahankan dari peninggalan nenek, pakai bahan yang bisa membuat empuk dan renyah. Semuanya kami adopsi dari generasi ke generasi" terangnya.
Selain berbagai toples kaca yang tersusun rapi, etalase yang dihadirkan pun juga terbilang etalase zaman dulu banget. Belum lagi, kalian juga akan melihat penampakan blek besar warna hitam berjejer.
Lalu, ada juga kursi khas zaman dulu, jendela yang masih tetap dipertahankan khas era kolonial, ubin, loyang, timbangan, oven, dan berbagai perabotan lain yang super kuno membuat suasana di Toko Madjoe berkesan jadul.
Mempertahankan nuansa kuno, produk jajanan kuliner era kolonial ini tak dijual di toko lain. Charles mengaku, hanya ada satu tempat ini saja apabila para customernya ingin menikmati sajian kue buatan khas dari zaman dulu ini.
"Kami pertahankan resep, dan cita rasa terus dijaga. Bagian dari mempertahankan Toko Madjoe agar tetap eksis. Dan produk kami tidak untuk dijual secara massal, hanya di toko kami saja," tandasnya.
Baca Juga : Lidah Eropa dan Kenangan Lawas di Sudut Kota Malang
Diisi dengan banyak barang kuno, toko tersebut kini tak sekedar dikunjungi untuk berbelanja. Melainkan banyak dimanfaatkan pelanggan untuk berfoto dan mengisi konten media sosial mereka. Beberapa sudut toko pun tak jarang dijadikan sebagai bidikan untuk berfoto.
Misalnya saja, berfoto tepat di depan tokonya. Background khas bangunan dan berjejer nya aneka jajanan di dalam toples kuno yang besar-besar itu menambah suasana khas vintage untuk hasil foto kalian.
"Iya, memang ndak ada yang berubah (tatanan bangunan Toko Madjoe). Cuma dulu area sini di tahun 70-an kena pelebaran jalan. Tapi tetap, hanya saja warna cat di sini dulu warna hijau botol awalnya," terangnya.
Deretan tatanan jajanan kuliner Belanda dengan toples kaca yang tersusun rapi di rak khas kuno pula, menambah estetika ruangan. Kalian yang mengunjungi toko ini pun bisa memanfaatkan serentetan penataan barang untuk spot foto.
Belum lagi, di sana juga terdapat jajanan yang disimpan di wadah atau sebutannya blek warna hitam super besar. Blek-blek ini berjejer, hingga menambah kesan perabotan kunonya terasa banget.
Tapi, tenang saja ya, meski bangunan ini merupakan khas bangunan kuno, tempatnya bersih, dan bikin betah untuk berlama-lama memilih jajanan kue kering yang akan dibawa pulang sambil berfoto-foto.