MALANGTIMES - Jalan-jalan ke Kota Malang, pasti akan dimanjakan dengan sederet bangunan kolonial Belanda yang cukup terawat. Meski tak banyak, bangunan-bangunan lawas itu cukup membuat gembira. Bahkan jika hanya sebagai background berfoto bagi remaja generasi Z.
Bukan hanya bangunan khas kolonial, Kota Pendidikan ini juga masih banyak menyimpan cita rasa lawas yang cukup menarik. Itu juga yang mungkin mendorong wisatawan mancanegara datang ke kota yang dikelilingi pegunungan tersebut.
Baca Juga : Ruwat Nagari Kota Malang 2021, Wali Kota Sutiaji Sampaikan 4 Unsur Bermakna pada Manusia
Dalam catatan sejarah, disebutkan jika Malang memang menjadi salah satu kawasan yang banyak diminati untuk dihuni orang-orang Eropa. Sejarawan Reza Hudianto menyebut, pada periode 1900an atau abad ke 20 Masehi, tercatat pertumbuhan jumlah penduduk Eropa di Afdeling Malang (sekarang Kota Malang) mencapai 150 persen dibanding tahun 1800an.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup signifikan itu kemungkinan besar juga berdampak pada kebiasaan dan budaya di Kota Malang kala itu. Salah satunya adalah kebiasaan bersantap orang-orang Eropa di Kota Malang. Sehingga, mulai ada percampuran budaya yang menyambungkan lidah Eropa dengan masyarakat Kota Malang saat itu.
Beberapa bukti percampuran cita rasa itu bisa dilihat dari banyaknya tempat makan atau jenis hidangan yang disuguhkan. Baik di meja keluarga Bumiputera, Eropa, atau Tionghoa yang ada di Malang kala itu.
Salah satu bukti pengaruh cita rasa yang mungkin banyak dikenal adalah Toko Oen. Tempat yang menjadi jujugan wisatawan itu menjadi saksi bisu, percampuran budaya yang terjadi sejak tahun 1930an. Mungkin juga, dari sana banyak dikenal hidangan yang sebelumnya hanya ditemukan di Eropa.
Salah satunya adalah kue kering. Dari berbagai sumber, disebutkan jika kue kering awal mulanya berasal dari Persia (sekarang Iran) sejak abad ke 7. Kue kering kemudian dikenal orang Eropa dari pedagang muslim.
Kue kering sendiri dikatakan masuk ke Indonesia pada masa kolonial Belanda. Kue yang cukup terkenal adalah nastar, yang berasal dari bahasa Belanda yaitu Ananas/nanas dan Taart/tart/pie yang artinya Tart nanas.
Baca Juga : All You Can Eat Kampoeng Djawi, Promo Spesial HARRIS Malang Saat Ramadhan, Patut Dicoba
Sampai sekarang, kue kering ini bahkan menjadi suguhan yang selalu ditemui saat lebaran tiba. Selain itu, ada juga kue semprit, yang memang cukup dinanti saat lebaran datang.
Selain Toko Oen, tentunya ada banyak lagi toko atau pabrik kue kering yang juga turut menyebarkan pengaruh cita rasa itu. Dua diantaranya adalah Toko Madjoe dan Marga Rasa, yang sudah ada sejak era kolonial Belanda dan bertahan sampai sekarang.
Dalam tulisan singkat kali ini, akan dibahas mengenai cita rasa dan perjalanan produksi kue kering sejak era kolonial. Tulisan ini akan mencoba merangkum mengenai beberapa hal menarik terkait bisnis kue kering sejak era kolonial yang mampu bertahan di tengah gempuran modernisasi.
Laporan khusus ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Namun semoga tetap bisa menciptakan ruang diskusi bersama. Jadi, selamat membaca dan menikmati setiap ulasan yang disajikan.