free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Meski Cabai Rawit Mahal, UMKM Sambal Kemasan Ini Tak Terdampak, Kok Bisa ?

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Soejatmiko

28 - Mar - 2021, 22:21

Placeholder
Heni Wardani, owner Sambal Mama Ni (Anggara Sudiongko/MalangTIMES)

MALANGTIMES - Tidak semua pelaku usaha kuliner terdampak lonjakan harga cabai rawit yang tembus di angka Rp 120 ribu per kilogram. Salah satunya pelaku UMKM yang bergerak di bidang sambal kemasan, Sambal Mama Ni di Kota Malang. Kegiatan usaha yang mengandalkan cabai ini, justru tidak terdampak dengan kenaikan harga cabai akhir-akhir ini. Kok bisa?

Heni Wardani, owner Sambal Mama Ni menjelaskan, meskipun saat ini harga cabai mahal, sambal kemasan produksinya justru omzetnya meningkat. Sehingga, mahalnya harga cabai tidak berpengaruh terhadap harga sambal maupun jumlah produksi sambal.

Baca Juga : Motor Oleng Lalu Hantam Tugu Kilometer, Pria di Tulungagung Ini Tewas di Jalan

"Untuk offline memang masih sedikit menurun, untuk online tetap stabil. Saat ini sudah mulai naik. Kalau untuk omzet per tahun ya sekitar Rp 300 jutaan," terangnya.

Takaran cabai pada produksi sambalnya, diakui tidak dikurangi dan masih tetap menggunakan komposisi sama. Sehingga cita rasa ciri khas sambal kemasan buatannya tidak berubah.

"Memang bahan cabai rawit ini tidak bisa diganti, apalagi kita juga memakai bahan cabai rawit yang segar dalam dalam produksi sambal. Tapi kita tertolong oleh bahan lain yang masih stabil dan juga tertolong omzet yang saat cabai mahal ini malah meningkat. Jadi tertutup oleh omzet itu," bebernya.

Dalam sebulan, ia bisa memproduksi sambal hingga 1.500 botol. Dalam setiap minggunya, sekitar satu kwintal bahan campuran antara cabai, bawang, tomat dan bahan lainnya untuk produksi.

"Beberapa varian sambal ada yang berbeda varian jenis cabainya, sehingga ada yang dikombinasi ada yang tidak, makanya bisa tetap normal dan tidak terdampak" ungkapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan cabai rawit pada produksi sambalnya, Heni tidak membeli pada pedagang pasar. Ia selama ini mengambil langsung dari para petani, sehingga harganya bisa lebih ditekan.

Baca Juga : Diduga Peninggalan Belanda, Warga Temukan Mortir di Plafon Rumah

"Saya ngambilnya di Singosari. Ngambil di petani langsung kan harganya terjangkau. Memang kalau kita menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) marginnya berkurang jauh. Tapi mahalnya kan paling beberapa bulan," jelasnya.

Sementara itu, untuk patokan harga sambal kemasan miliknya, Heni mematok harga yang cukup terjangkau. Harga per botol Rp 23 ribu dan untuk paket hemat isi tiga Rp 68 ribu serta isi enam botol seharga Rp 130 ribu.

"Ada 23 varian. Tapi yang paling best seller sambal bawang, Cumi pelangi, sambal tuna asap. Penjualannya ke seluruh Indonesia. Ada juga yang ke luar negeri, tapi kita cuma mengirimkan ke cargonya, mereka yang ngirim ke sana," pungkasnya.


Topik

Ekonomi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Soejatmiko