MALANGTIMES - Ketua DPRD Kota Malang I Made Rian Diana Kartika angkat bicara terkait Kapolresta Kombes Pol Leonardus Simarmata yang dilaporkan Aliansi Mahasiswa Papua ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri atas dugaan ujaran rasialisme usai pengamanan unjuk rasa 8 Maret 2021 lalu.
Menurut Made, apa yang dilakukan Leonardus Simarmata itu adalah bentuk profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai penegak hukum di Kota Malang.
Baca Juga : Forkom Pokdarwis Kota Malang: 6 Kampung Tematik di Kota Malang Terancam Dibekukan
“Pak Leo bukan rasis, tapi beliau menegakkan aturan dan menjaga stabilitas keamanan di Kota Malang. Mulai dari zaman demo anarkis mahasiswa yang ditunggangi, beliau bekerja profesional dan tuntas,” terang Made, Sabtu (13/3/2021).
Diberitakan sebelumnya, viral dugaan suara Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata yang diunggah pada akun twitter @VeronicaKoman pada hari Selasa (9/3/2021) pukul 14.07 WIB berdurasi 0.23 detik. Dalam video itu terdengar suara lantang memerintahkan anggotanya untuk melakukan penembakan terhadap massa aksi yang berada di luar Mapolresta Malang Kota.
Selain pada akun twitter @VeronicaKoman, video viral tersebut juga diunggah pada akun facebook bernama Hendrik Rumaropen pada hari Selasa (9/3/2021) dengan memberikan tulisan yang menyatakan bahwa suara tersebut merupakan suara dari Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata.
"Heboh! PERNYATAAN PERANG oleh Kepala Polisi Resort Kota Malang, Kombes. Pol. Dr. Leonardus Harapantua Simarmata Permata, S.Sos., S.I.K., M.H., terhadap mahasiswa Papua. DARAH MEREKA (MAHASISWA PAPUA) itu HALAL," tulis dalam akun facebook Hendri Rumaropen.
"Kepada bawahannya, secara tegas Kapolresta Malang Kota, memberi perintah untuk menembak mahasiswa Papua, bahkan dia mengatakan 'Darah Mahasiswa Papua itu Halal', ia pun menyatakan siap bertanggungjawab untuk itu. Sebelumnya massa aksi yang tergabung dalam aksi solidaritas memperingati IWD (International Women Day) berakhir pembubaran dan penangkapan secara paksa lalu kemudian diangkut ke Mapolresta Malang Kota," tambahnya yang dituliskan dalam akun facebook tersebut.
Massa aksi yang berada di luar Mapolresta Malang Kota merupakan bagian dari massa aksi peringatan International Women's Day (IWD) 2021 di Kota Malang yang berakhir ricuh. Eksesnya adanya pemecahan kaca mobil truk dalmas Polresta Malang Kota.
Atas kejadian itu, Leo sebenarnya membenarkan bahwa suara dalam video tersebut memang suara dirinya. Namun yang menyebabkan kesalahan informasi di masyarakat adalah video tersebut sudah diedit dan dipotong.
"Ya kita sampaikan, itu videonya dipotong. Itu videonya dipotong," ujarnya ketika ditemui awak media di Mapolresta Malang Kota, Selasa (9/3/2021).
Baca Juga : Rasionalisasi THL Gaduh, Ketua Projo Banyuwangi: Kita Sayangkan
"Jadi yang benar itu adalah mereka mencoba merangsek masuk ke dalam satuan saya. Itu kan pintu ditutup. Mereka memaksa masuk. Jadi itu video dipotong sama dia. Karena mereka memaksa masuk saya katakan tidak boleh masuk. Kalau kamu masuk itu ada aturannya, kita punya SOP. Ada yang mau mencoba masuk pasti kita akan lakukan tindakan tegas itu tadi," jelasnya.
Leo menegaskan bahwa kondisi kemarin malam memang dari pihak massa aksi yang berjumlah sekitar puluhan tersebut memaksa masuk ke dalam wilayah Mapolresta Malang Kota dan petugas langsung melakukan penjagaan ketat di pintu gerbang Mapolresta Malang Kota.
"Ya memang mau memaksa untuk masuk. Makanya dipotong aja kan itu waktu saya ngomong melaksanakan tindakan tegas itukan. Saya ada video lengkapnya. Kalau itu dipotong-potong ya pasti berbeda itunya (pemaknaan, red)," tandasnya.
Dengan dilaporkannya Leonardus Simarmata ke Divisi Propam Polri, Made berharap bisa ada penyelesaian yang bijak. Pasalnya, dalam hal ini Kapolresta Malang Kota itu telah bekerja sesuai dengan aturan dan tidak menyalahi ketentuan.
“Mereka (Aliansi Mahasiswa Papua) lapor ke Propam Polri, kita tunggu saja perkembangannya. Tapi kita tahu semua bahwa pak Leo itu orang baik dan beliau sudah bekerja secara profesional,” tutupnya.