BATUTIMES - Sudah lebih dari 200 tahun Prasasti Sangguran berada di pekarangan rumah keluarga Lord Minto di Desa Minto, Edinburgh, Skotlandia. Kini, prasasti yang disebut menyimpan kutukan itu masih dipertahankan oleh keturunan Lord Minto.
Menurut Wikipedia, pemerintah Indonesia telah berusaha memulangkan kembali Prasasti Sangguran tersebut. Disebutkan jika proses negoisasi dengan pewaris Lord Minto dilakukan sejak 2004 lalu.
Baca Juga : Prasasti Sangguran Simpan Kutukan? Pembawa hingga Keturunannya Dirundung Apes
Pemerintah melalui tim yang dibentuk telah mengidentifikasi jika Prasasti Sangguran berada di Desa Minto, Edinburgh, Skotlandia. Kemudian kini dijaga oleh putra sulung Lord Minto yang bernama Viscount Thimothy Melgund.
"Pemerintah dulu pernah bernegosiasi dengan keluarga Minto untuk meminta kembali Prasasti Sangguran," kata Sejarawan sekaligus Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono.
Namun upaya itu menurutnya belum berhasil. Lantaran pihak keluarga Minto meminta sejumlah uang ganti yang pada 2006 lalu berkisar di angka Rp 2 Miliar. "Itu belum biaya transportasi nya, kemungkinan lebih karena prasasti Sangguran ini beratnya ton," tambahnya.
Proses pemulangan aset yang dimiliki bangsa Indonesia itu pun sampai sekarang belum ada kabar keberlanjutannya. Sehingga, besar harapannya agar Prasasti Sangguran bisa kembali diperjuangkan untuk dipulangkan.
"Ini yang perlu kita sosialisasikan. Karena prasasti Sangguran mulai tidak dikenal oleh generasi saat ini. Tentu sangat disayangkan. Karena Prasasti Sangguran ini bukti nyata awal sejarah Kota Batu. Intinya kan, bangsa lain mengambil barang kita, saat kita mau mengambil, diminta tebusan. Istilahnya kan itu 'Ngerampok'," tegas Dwi.
Sejarawan FX Domini BB Hera berpendapat, kunci utama dalam proses memulangkan atau mengembalikan benda warisan sejarah yang ada di luar negeri adalah diplomasi budaya. Terlebih, Kementerian Luar Negeri RI memiliki semboyan people to people.
Baca Juga : Terpincut Kecantikannya, Prasasti Sangguran Jadi Persembahan dan Dibawa ke Skotlandia
"Tinggal memainkan dan mendayagunakan sektor-sektor itu secara persuasif. Walau pertanyaan berikutnya adalah menyiapkan pemerintah daerah (Pemda) setempat untuk melakukan diplomasi budaya selaku pemilik lokalitas benda budaya tersebut," katanya.
Pria yang akrab disapa Sisco itu menyebut, pemerintah daerah dalam hal ini bisa menggandeng dan bekerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki jurusan terkait. Selain itu juga dibutuhkan ketelatenan untuk mengawal sampai berhasil.
"Tinggal telaten mengawal sampai berhasil atau kagak. Memang tidak muda, tapi bukan hal yang mustahil" jelasnya.