INDONESIATIMES - Cantik itu relatif, itulah kalimat yang sering kita dengar saat menilai kecantikan lahiriah seorang wanita. Hal itu memang terbukti benar, lantaran setiap pria memiliki "pandangan" yang berbeda dalam menilai wanita.
Namun, sebenarnya ada suatu wilayah yang kecantikan para wanitanya pernah menjadi standar dunia. Bahkan, diakui oleh peradaban barat.
Baca Juga : Peduli Kaum Difabel, Satlantas Polresta Malang Kota Beri Prioritas Pembuatan SIM D
Lantas di mana wilayah itu? Melansir melalui tayangan video yang diunggah oleh akun Catatan Masa, wilayah tersebut yakni Circassia atau dalam ejaan Indonesia disebut Sirkasia.
Sirkasia merupakan sebuah etnis yang berasal dari Pegunungan Kaukasus. Sejak 5 abad yang lalu, stereotip kecantikan feminim wanita yang ideal begitu melekat dengan wanita yang berasal dari sana.
Kecantikan paras para wanita Sirkasia bahkan muncul dalam karya-karya sastra Eropa. Sebut saja seperti karya Voltaire dan Mark Twain.
Hingga kemudian menjadi pakem cover iklan produk kosmetik di akhir abad 19 dan awal abad ke-20. Reputasi ini berawal dari kedatangan pelaut dari Genoa pada abad ke-15 ke pantai Sirkasia.
Dari merekalah muncul informasi tentang kecantikan wanita yang hidup di pegunungan ekstrim Kaukasus. Namun sayangnya, para wanita ini kemudian diburu untuk menjadi budak dan harem, khususnya oleh Rusia dan kerajaan Safawiah serta Qajar yang merupakan 2 dinasti besar dari tanah Persia.
Citra wanita Sirkasia kemudian naik derajatnya ketika sebagian dari mereka menjadi istri dari beberapa Sultan Turki Utsmani, Ottoman. Pada awal abad ke-19, Johann Friedrich Blumencach menyatakan teori "Hierarki Rasial". Bahwa orang-orang di wilayah Kaukasus adalah contoh "ras kulit putih" paling murni yang dinamai "caucasian race" atau ras kaukasia.
Baca Juga : Betapa Beraninya Wanita Ini, Mencela Umar bin Khattab Langsung di Hadapannya
Namun ironisnya kecantikan para wanita Sirkasia, menjadikan negeri mereka terkenal. Negerinya pun menjadi incaran penjajah. Circassia dulunya adalah sebuah wilayah merdeka sebelum dicaplok oleh Rusia.
Perlawanan keras dari Sirkasia membuat Rusia melakukan tindakan represif. Rusia melakukan genosida pada abad ke-19 yang menyebabkan 1,5 juta etnis ini tewas terbunuh. Sisanya melarikan diri ke wilayah Turki dan Suriah.
Saat ini populasi Sirkasia terdapat di Republik Adyghe dan Kabardian dengan populasi 700 ribu jiwa. Namun populasi terbesarnya justru berada di Turki, di mana jumlahnya mencapai hampir 3 juta jiwa. Orang-orang Sirkasia mayoritas menganut agama Islam.
Inilah ironisnya negeri Sirkasia, kecantikan para wanitanya justru telah membuat negeri itu hidup menderita. Cantik Itu Luka, begitulah kondisi Sirkasia, seperti judul novel karya Eka Kurnia.