MALANGTIMES - Sepeninggal Rasulullah SAW, kepemimpinan umat Islam berada di tangan para sahabatnya. Mulai dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Ustman bin Affan, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib.
Semuanya memiliki ciri kepemimpinan masing-masing. Namun salah satu peristiwa menarik pernah terjadi di masa pemerintahan Umar bin Khattab.
Baca Juga : 10 Agama Aneh yang Masih Berkembang di Tanah Arab
Apakah peristiwa itu? Bagaimana Umar menghadapinya? Smak kisahnya yang diolah dari beberapa sumber seperti Islam Populer.
Dalam buku The Khalifah dan Umar bin Al Khattab Bis Life dan Times volume 1, Umar mendapati sosok wanita yang memasak batu. Ia kemudian mendekati wanita tersebut dan menanyakan alasannya memasak batu.
Wanita itu kemudian mengaku memasak batu karena anaknya lapar, tetapi ia tidak bisa membelikan makanan. Ia melakukan hal itu agar anaknya melihat seolah-olah ibunya tengah memasak makanan.
Namun tak lama, wanita yang terlihat kesal itu berkata kepada Umar. " Sungguh Umar bin Khattab tak pantas jadi pemimpin. Dia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya," ucapnya.
Wanita tersebut tidak mengetahui bahwa yang berdiri di hadapannya adalah Khalifah Umar bin Khattab.
Saat mengetahui dan mendengar ucapan wanita itu, Umar kemudian langsung menuju lumbung negara bersama pelayan. Umar mengambil makanan dan membawanya ke rumah wanita pemasak batu itu. Pelayan yang sempat menawarkan agar dia yang membawa makanan itu ditolak.
Umar kemudian memberikan makanan yang ia bawa kepada wanita tersebut dan anaknya. Usai memberikan makanan itu, hal mengejutkan terjadi. Kepada Umar, wanita itu berkata, “Anda pantas menjadi khalifah daripada Umar bin Khattab.”
Wanita tersebut lantas mendoakan sosok orang yang memberinya bantuan makanan, yang ia tak ketahui bahwa orang tersebut merupakan Umar bin Khattab.
Baca Juga : Tekan Sebaran Covid-19 saat PPKM Mikro, Kapolres Malang Sebut Deretan Kafe Dau
Setalah memastikan wanita dan anaknya itu kenyang, Umar kemudian beranjak pergi. Namun sebelum pergi, dia mengatakan agar wanita tersebut menemui amirul mukminin.
Keesokan harinya, ketika bertemu amirul mukminin, betapa kagetnya wanita yang berstatus janda itu. Pria yang sebelumnya ia umpat dan telah membantunya itu adalah Khalifah Umar bin Khattab. Mengetahui itu, wanita tersebut benar-benar merasa salah dan kemudian meminta maaf kepada Umar bin Khattab.
Mendengar itu, respons Umar bin Khattab tidak marah. Ia justru merasa bersalah dan berkata, “Ibu tidak bersalah. Akulah yang bersalah. Aku berdosa membiarkan seorang ibu dan anak kelaparan di wilayah kekuasaanku. Bagaimana aku mempertanggungjawabkan ini di hadapan Allah? Maafkan aku ibu.”
Kisah tadi menggambarkan betapa sebagai seorang pemimpin, Umar bin Khattab merupakan pemimpin yang patut menjadi teladan. Kebaikan hati dan sikap serta pengetahuan yang ia miliki memang membuat Umar terkenang dalam sejarah.
Dalam sejarah, nama Umar juga paling banyak disebut-sebut setelah Rasulullah SAW. Sosok bergelar Al-Faruq itu kerap disebut-sebut dengan penuh kagum sekaligus rasa hormat. Kisah dan bagaimana sikap Umar bin Khattab tentunya juga patut menjadi teladan kita semua dalam kehidupan sehari-hari, yang itu tetap bermuara untuk menambah keimanan kita kepada Allah SWT.