MALANGTIMES - Jejaring kerjasama menuju World Class University terus dibangun Universitas Islam Malang (Unisma). Setelah sebelumnya dengan Kedutaan menebar jaring kerjasama dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Prancis, kini Unisma melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dibidang pendidikan dan hal lainnya dengan KBRI Afghanistan.
Rektor Unisma, Prof Dr Maskuri MSi mengatakan, jika sebuah kerjasama merupakan keniscayaan yang tak bisa diabaikan. Baik kerjasama dalam maupun luar negeri, kerjasama dengan LSM, kerjasama dengan masyarakat, kerjasama dnegan industri atau dengan instansi terkait jadi bagian yang tak terpisahkan.
"Mudah-mudahan pertemuan kali ini membawa manfaat dan berkah, khususnya bagi Unisma," ungkap Maskuri saat sambutan dalam penandatanganan MoU dan Webinar Internasional dengan KBRI Afghanistan, (26/2/2021).
Pihaknya berharap, KBRI bisa menyambungkan Unisma dengan perguruan tinggi yang ada di Afghanistan untuk menjalin sebuah kemitraan. Bahkan ditegaskan Rektor, pihaknya siap untuk memberikan peluang kepada para mahasiswa asing dari Afghanistan untuk menempuh studi di Unisma.
"Kami siap memberikan peluang kepada mahasiswa Afghanistan untuk kuliah di Unisma dengan jumlah tertentu. Ini Bagain dari ikhtiar kami untuk membangun jejaring dengan dunia internasional," ujarnya.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Afghanistan, Dr Ir Arief Rachman MM MBA dalam Webinar bertema "Peluang Perguruan Tinggi Nahdatul Ulama (PTNU) mengembangkan jejaring guna mempersiapkan generasi emas membangun budaya dan peradaban dunia" menjelaskan, para mahasiswa dan semua pihak yang harus terbuka untuk menyiapkan diri menyambut Indonesia emas dan hal-hal yang menjadi tantangan.
"Semua pihak harus siap menghadapi tantangan. Bahkan jika perlu ciptakan tantangan tersebut, jangan mau dimanja. Sebenarnya Islam telah mengajarkan kita, bagaimana kita tertib shalat lima waktu. Ciptakan tantangan, misalnya puasa Senin kamis, banyak hal yang jadi peluang. Kebiasaan ini lah yang diraih dalam bentuk akibat dan hasil," jelasnya.
Warisan budaya dan peradaban unggul telah dimiliki. Selaras dengan itu, saat ini generasi Z atau generasi unggul dimana peradaban internet telah masuk. Kemajuan teknologi berupa gadget dan juga media sosial juga telah menyebar ke pelosok negeri. Sehingga menjadikan generasi ini berbeda dari generasi sebelumnya.
Untuk itulah, majunya peradaban ini diharapkan tak membuat para generasi unggul menjadi generasi yang tak memiliki wawasan kebangsaan yang baik. Dengan mudah akses informasi, tentunya diharapkan bisa menjadikan dan memantapkan para generasi menjari generasi yang semakin unggulan menyambut Indonesia emas 2045.
"Saat ini Indonesia terus merangkak di usianya ke 75. Karena itu menyambut Indonesia emas, generasi penerus harus terus menampakkan kaki untuk melangkah memantapkan menuju 100 tahun usianya Indonesia Merdeka sebagaimana dibanggakan negara yang telah mencapai usai 100 tahun," jelasnya.
Karakter hebat, mandiri, teknolog, pragmatis, etis dan realistis, saat ini telah dimiliki para generasi unggul. Namun yang tak boleh ketinggalan, mereka juga harus memiliki sikap nasiolis dan religius yang itu menjadi modal menuju percepatan dalam meningkatkan kualitas, seperti halnya visi misi Unisma.
Percepatan adalah keharusan. Kedepan akan banyak tantangan yang harus dihadapi. Rumus dan kuncinya adalah percepatan dalam berbagai sisi, baik itu sikap, keilmuan dan hal lainnya yang itu perlu terus digali untuk menopang masa depan yang lebih baik.
Platform media sosial saat ini seolah menjadi jalan para generasi muda. Mereka banyak menjadikan platform tersebut menjadi sebuah pekerjaan. Seperti halnya menjadi seorang influencer, youtuber, tiktoker.
"Hari ini ditentukan oleh kita semua. Kalian semua adalah pencari kebenaran, dengan sikap sustainable dan keaktifan di dunia virtual, sehingga jangan sampai sikap-sikap generasi yang memang tak pantas, muncul saat ini. Tapi inilah tantangan dan sekaligus peluang untuk kiprah di masa depan," pungkasnya.