free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pendidikan

Pemahaman Ideologi Pancasila Memudar, Wakil BPIP: Hanya Sebatas Hafalan

Penulis : Muhamad Muhsin Sururi - Editor : Pipit Anggraeni

26 - Feb - 2021, 23:20

Placeholder
Wakil Kepala BPIP RI Prof. Hariyono saat memaparkan materi di Desa Sedayugunung. (Foto: Muhsin/TulungagungTimes)

TULUNGAGUNGTIMES - Pemahaman masyarakat tentang Ideologi Pancasila sering kali hanya sebatas hafalan. Bukan menjadi hal aneh lagi, ketika budaya gotong-royong yang merupakan salah satu cerminan Pancasila sudah mulai luntur dalam aktifitas sosial masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Tulungagung.

Agar kearifan lokal yang menjadi sumber-sumber terbentuknya Pancasila tidak pudar, Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Haryono, mengajak masyarakat Tulungagung untuk menjadikan Pancasila tidak hanya sekedar hafalan, tetapi menjadi laku hidup.

Baca Juga : Bupati Perempuan Pertama Blitar Resmi Dilantik, Ini Harapan Masyarakat

"Mari kita mulai melihat Pancasila bukan sebagai hafalan, tapi sebagai laku hidup, dan di dalam laku hidup inilah semua akan dapat bersinergi satu sama lain," Kata Prof Haryono pada forum diskusi di Tulungagung, Jum'at (26/02/2021).

Dijelaskan olehnya, seperti yang dikatakan Bung Karno Pancasila itu digali dari bumi Indonesia. Secara filosofi bisa digambarkan bahwa orang menggali itu posisi kepalanya mesti menghadap kebawah atau menunduk dan itu simbol dari orang yang rendah hati.

“Sehingga, Pancasila tidak akan bisa diaktualisasikan atau disosialisasikan dengan baik, jika sikap kita kita tidak membungkuk atau menunduk (rendah hati; red),” terangnya.

Menanamkan Pancasila, lanjutnya, tidak harus menggunakan pendekatan narasi deduktif, cerita sejarah lahirnya Pancasila 1 Juni, tetapi bisa dari problem-problem keseharian masyarakat.

"Pancasila dibentuk bukan hanya sebagai metode kritik terhadap realiatas, tapi juga untuk menyelesaikan problem yang ada di realitas," jelasnya.

Menurutnya, sering kali hilang pemahaman pada tenaga pendidik terutama guru sejarah atau PMP bahwa Pancasila hanya sebatas alat pemersatu. Sehingga toleransi itu yang lebih dominan, lupa diajarkan pemahaman kepada peserta didik jika pancasila juga merupakan bintang penuntun, yang bisa membawa Indonesia maju.

Baca Juga : Sebanyak 17 Kepala Daerah Terpilih Dilantik

Ini yang sering kali terjadi, kalau ada orang berprestasi belum tentu dianggap Pancasilais. Sehingga jika ada siswa yang mendapat juara Olimpiade matematika atau lainnya, penghargaannya hanya sebatas akademik saja. Sedangkan Guru pancasila tidak mengganggap atau memberi penghargaan siswa itu sebagai siswa Pancasilais.

“Karena selama ini, kita hanya bicara Pancasila adalah toleransi. Sehingga kalau bicara ektremisme radikalisme orang Pancasilais akan keluar, tetapi kalau bicara inovasi, prestasi itu seolah-olah bukan bidangnya Pancasila,” ucapnya.

Dengan pendekatan problem-problem sosial kemasyarakatan, Prof Haryono berharap, Pancasila tidak berhenti pada alat untuk mengkritisi kebijakan negara. Namun yang paling prinsip Pancasila sebagaimana yang diajarkan oleh Bung karno, mendorong semua masyarakat menjadi manusia Pancasilais yaitu mengamalkan nilai-nilai Pancasila sehingga menjadi pribadi yang merdeka dan mandiri.

Untuk diketahui, Badan Pengembangan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia telah melaksanakan kegiatan Sarasehan Implementasi Gotong Royong Di Desa Kalidawe Kecamatan Pucanglaban Kemarin, Kamis (25/2/2021), dan mengunjungi Desa Sedayugunung Kecamatan Besuki hari ini, Jum'at (26/02/2021).


Topik

Pendidikan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Muhamad Muhsin Sururi

Editor

Pipit Anggraeni