free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Dibuat dari Bahan Pilihan, Keripik Usus Muno 6 Tahun Tetap Eksis di Pasaran

Penulis : Eko Arif Setiono - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

24 - Dec - 2020, 20:47

Placeholder
Mujiah dengan produk keripik usus MUNO yang gurih dan renyah. (Eko arif.s/JatimTIMES)

Dikenal karena rasanya yang enak, renyah dan higienis membuat keripik usus ayam buatan Mujiah tetap eksis selama 6 tahun hingga sampai sekarang. Diceritakan janda berusia 47 tahun ini, pengambilan nama merk atau lebel Muno yang dipakai, merupakan arti kepanjangan dari namanya Mujiah Uno (Mujiah nomer satu). 

Dalam sehari Mujiah mengaku bisa memproduksi kripik usus minimal sebanyak 3 kilo gram, jika ramai permintaan, jumlah produksi bisa meningkat bertambah hingga 7 kilogram. 

Baca Juga : Akibat Covid, Daya Beli Masyarakat Bodowoso Menurun

 

Keripik usus bikinan warga lingkungan bence gang 1 Pakunden tersebut, dijual dengan harga relatif terjangkau dan dijamin tidak membuat kantong bolong. Keripik usus takaran 1 Kg dijual seharga Rp 70. 000 ribu. Sementara untuk kemasan 250 gram atau 1/4 kg dibandrol Rp 17.500.

Setiap hari dagangannya itu selalu habis terjual, tidak pernah ngendon. Keripik usus Muno bisa didapatkan di sejumlah warung kopi, kafe, toko mau pun bisa datang secara langsung pesan di rumah. 

Selain melayani pembelian off line, Mujiah juga melayani pesanan melalui online. Namun khusnul penjualan secara online, lebih banyak dihandel dan dipasarkan oleh reseller. 

"Terkadang ribet kalau di medsos, saya harus menjawab banyak pertanyaan. Kalau penjualan di online terkadang dihandel sama reseller. Saya lebih banyak jualan secara off line, saya titipkan di 15 toko mulai dari kota hingga Kecamatan Wates Kabupaten," tuturnya. 

Mujiah tidak memungkiri jika di masa pandemi seperti sekarang berpengaruh terhadap turunnya daya beli masyarakat, sehinggaia ia terpaksa harus mengurangi jumlah produksi dari sebelumnya. 

"Kalau dulu sebelum pandemi covid -19, saya bisa memproduksi sehari 10 kg, kalau sekarang paling banyak 7 kg dan minim 3 kg. Tapi yang terpenting, saya tetap bersyukur karena masih  bisa produksi setiap hari secara kontinyu," terangnya. 

Dulu sebelum pandemi, saat sekolah masih aktif, Mujiah hampir setiap hari memasarkan produk dagangannya tersebut ke setiap sekolah. Keripik usus dikemas plastik berukuran kecil dijual Rp 800, dititipkan ke pedagang. Pedagang kemudian menjual nya kembali seharga Rp 1000 . 

"Setiap harinya, bisa laku sampai 300 biji mas waktu itu, untuk 1 sekolah," kenangnya. 

Setiap hari, omset yang didapat dari penjualan keripik usus berkisar Rp 300 - Rp 400 ribu. Laba bersih yang didapat Rp 100 ribu. Sedangkan modal yang dikeluarkan untuk keperluan memasak, Rp 300 ribu. Keuntungan Rp 100 ribu kemudian ditabung untuk keperluan hidup sehari-hari. 

Setiap kali produksi, Mujiah selalu menggunakan bahan pilihan. Usus ayam yang dibelinya, ia dapatkan langsung dari pedagang ayam potong. 

Baca Juga : Granit Essenza di Graha Bangunan Lagi Diskon, Bikin Rumah Stylish dan Kinclong

 

"Usus ayam yang saya beli masih baru semua, langsung dari pedagang ayam potong. Saya nggak mau beli, usus yang sudah lama disimpan di lemari es, karena rasanya pahit dan tidak enak," ungkapnya.

Agar keripik usus terasa renyah dan empuk saat dikonsumsi, Mujiah membeberkan resepnya. Menurutnya sebelum dimasak, usus terlebih dahulu dicuci menggunakan lemon, untuk menghilangkan bau amis. Setelah dicuci kemudian diberi tepung atau pati dioplos dengan telur. Disamping itu juga diberi ramuan rempah rempah penyedap seperti bawang putih. Selanjutnya digoreng selama 13 menit. 

"Usus ayam yang saya beli ini harganya lebih mahal, Rp 24 ribu perkilogram. Belinya pesan dulu di Pasar Bence," singkatnya. 

Perempuan yang sebelumnya bekerja di Pabrik Rokok Tulunganggung ini menjelaskan, jika kemampuan memasak keripik usus dipelajarinya secara otodidak. Untuk mendapatkan komposisi rasa yang berkualitas, ia harus telaten mencoba tidak bosan berulang kali memasak, hingga benar bener menemukan formatur bumbu yang pas.

Mujiah teringat waktu pertama kali produksi membuat keripik usus sekitar 6 tahun lalu, kala itu ia harus mengeluarkan modal Rp 300 ribu. Modal itu, ia pergunakan untuk membeli peralatan dan bahan untuk memasak.

Selain menjual keripik usus, Mujiah juga menjual makan ada  kue lainnya seperti rempeyek, kue pastel dan bumbu pecel.

Bila ingin merasakan renyahnya keripik usus Muno langsung datang saja di Lingkungan Bence gang I/26, Pakunden, Kota Kediri, atau bisa langsung bisa menghubungi WhatsApp : 085713266725.(adv/Disperindagin Kota Kediri)


Topik

Ekonomi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Eko Arif Setiono

Editor

Sri Kurnia Mahiruni