Nama Imam Besar FPI Muhammad Rizieq Shihab belakangan ini sukses mencuri perhatian publik sejak kedatangan di Indonesia Selasa (10/11/2020). Tiba di Indonesia, Rizieq tenyata sudah menyiapkan beberapa agenda yang akan dilakukannya di Tanah Air.
Kedatangan Rizieq ini tentunya disambut antusias oleh massa FPI. Bahkan ratusan massa FPI rela berdesak-desakan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng untuk menunggu kedatangan Rizieq.
Baca Juga : Paslon LaDub Sampaikan Duka Mendalam atas Meninggalnya Ketua Tim Kampanye SanDi
Selain itu massa yang lain menyambut Rizieq di jalanan dan di kediamannya di Petamburan, Jakarta Pusat. Salah satu acara Rizieq yang sempat membuat geger ialah acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan acara pernikahan sang putri, Sabtu (14/11/2020).
Acara tersebut didatangi ratusan massa tanpa menerapkan protokol kesehatan. Tak ayal, suasana itu membuat beberapa pihak angkat bicara dan mengkritik acara tersebut.
Mereka mempertanyakan sikap aparat atau satgas yang seharusnya menegakkan protokol kesehatan bahkan harus berani membubarkan massa tersebut. Teguran itu salah satunya datang dari Muhammadiyah.
Muhammadiyah bahkan sempat meminta aparat berani untuk melakukan penertiban.
"Aparatur pemerintah, khususnya satgas COVID-19, seharusnya berani menegur dan menertibkan acara yang tidak mematuhi protokol, termasuk acara Habib Rizieq," ujar Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti.
Imbas dari kerumunan massa di acara Rizieq ini membuat sederet pejabat dan aparat terkena getahnya.
Diketahui ada empat aparat yang harus rela dicopot jabatannya, yakni Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sukarna yang saat ini dimutasi menjadi Koorsahli Kapolri, Kapolda Jabar Irjen Rudy Sufahradi yang dimutasi menjadi Widyaiswara Kepolisian Utama Tingkat I Sespim Lemdiklat Polri, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto yang dipindahkan menjadi Analis Kebijakan Madya bidang Brigade Mobil Korbrimob Polri, dan Kapolres Kabupaten Bogor Roland Ronaldy yang dipindahkan menjadi Wakil Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Barat.
Keempatnya dianggap lalai dalam menegakkan protokol kesehatan di acara Rizieq. Dua pejabat lainnya yakni Gubernur DKI Anies Baswedan dan Wali Kota Jakarta Pusat. Bahkan, Anies sampai dimintai klarifikasi dan dipanggil oleh Polda Metro Jaya.
Sementara Wali Kota Jakpus, Bayu Maghantara juga dimintai klarifikasi oleh Mabes Polri. Diketahui pula, Rizieq juga didenda senilai Rp 50 juta oleh Satpol PP DKI Jakarta lantaran hadirnya massa yang luar biasa.
Sikap Rizieq Shihab itu justru berbanding terbalik dengan Habib Luthfi bin Yahya. Pasalnya, demi keselamatan massa di tengah pandemi dan patuh kepada protokol kesehatan, Habib Luthfi memilih untuk menunda acara Maulid Akbar Kanzus Salawat di Pekalongan.
Diketahui, acara tersebut biasanya diikuti ribuan jamaah.
Sayangnya acara tersebut kini resmi diundur hingga pelaksanaan Pilkada 9 Desember 2020 nanti. Di sisi lain, Habib Luthfi mengaku jika ia tak ingin memberikan contoh tidak terpuji.
Sedianya, acara tersebut digelar pada Minggu (22/11/2020). Namun diputuskan untuk ditunda dan akan digelar pada 20 Desember 2020 mendatang.
Habib Luthfi rupanya memiliki alasan tertentu mengapa acara tersebut harus ditunda. Selain situasi yang tak memungkinkan, disebutkan juga pertimbangan soal Pilkada Serentak 2020.
"Alasan lainnya, banyak wilayah di Jawa Tengah saat ini, menghadapi Pilkada. Supaya kita semuanya tidak terkontaminasi keperluan politik dan kita semuanya punya hak pilih masing-masing. Setelah 9 Desember baru kita lakukan sebagai penyejuk suasana nasional (usai Pilkada)," ujar Habib Luthfi kepada panitia penyelenggara.
Lebih lanjut, Habib Luthfi juga menyampaikan suasana nasional yang sedang tidak nyaman.
"Suasana nasional seperti ini. Kami tidak akan memberikan contoh yang kurang terpuji. Apapun kami akan mengangkat kepentingan umat dan bangsa, itu yang saya utamakan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia," katanya.
Sikap Habib Luthfi ini lantas mendapat apresiasi dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ganjar menyebut jika keputusan ini merupakan cara yang bijak dan bisa menjadi contoh baik.
Baca Juga : Imbas Lockdown, PN Blitar Tunda 26 Agenda Sidang
Bahkan, Ganjar mengatakan jika Habib Luthfi sudah menghubungi dirinya secara langsung.
"Habib Luthfi sudah menelepon langsung, katanya ikut Pak Ganjar, tinggal diatur. Ini akan jadi contoh baik," kata Ganjar.
Hal senada juga dilakukan oleh Ustaz Das'ad Latif. Diketahui, Ustaz Das'ad Latif justru membubarkan massanya sendiri demi mencegah penularan Covid-19.
Awalnya ia tak menyangka jika massa yang datang mencapai ribuan jamaah. Bahkan, aksi Ustaz Das'ad ini sampai menjadi viral di media sosial.
Peristiwa itu terjadi saat Ustaz Das'ad Latif mengisi tausiah di Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Kaltim). Awalnya Ustaz Das'ad diundang untuk mengisi ceramah di acara keluarga yang hendak menggelar akikah untuk bayinya.
"Namanya keluarga bangga tong dia dibilang keluarganya Ustad Das'ad, saya bantulah, perantau (di Kalimantan). Saya bilang, boleh, yang penting jangan ramai," ujar Ustaz Das'ad.
Kala itu keluarga yang mengundang menyebut jika jamaah yang hadir hanya 200 orang saja. Namun siapa sangka, jamaah yang hadir begitu banyak.
"Sampai di lokasi, kaget kenapa banyak sekali orang, mobil parkir, dan motor itu mau setengah kilometer. Kaget saya, langsung saya mau pulang, tapi orang panitia bilang; 'mati saya, Ustad, malu saya kalau Ustad tidak tampil'," ujarnya.
Hingga akhirnya Ustaz Das'ad naik ke atas panggung dan langsung mengambil mikrofon dan menjelaskan bahaya Covid-19 jika massa segera tidak dibubarkan.
"Saya jelaskan bahwa orang berkumpul seperti ini, kalau dia berselawat ramai-ramai, akan dicurahkan rahmat dan kasih sayang Allah. Tapi, kalau dalam pandemi seperti ini, bukan rahmat dan kasih sayang Allah yang dia dapat, tapi wabah Corona," katanya.
"Maka Saudara-saudara sekalian, saya paham Anda cinta dengar dakwah. Tapi, kalau mau dengar dakwah saya, boleh melalui YouTube. Tapi, kalau sudah kena COVID, tidak bisa lagi dengar dakwah," lanjutnya.
Tak sampai 10 menit di lokasi acara, Ustaz Das'ad lantas membubarkan jamaah tersebut.
"Saya bubarkan, saya minta bubarkan. Ini bukan hanya melanggar protap. Islam mengajarkan menjaga kesehatan jiwa harus lebih utama daripada tablig seperti itu. Bukan karena protap saja," pungkasnya.
Sama seperti Habib Luthfi, sikap Ustaz Das'ad ini juga mendapat apresiasi dari beberapa pihak. Salah satunya pujian datang dari Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang membidangi urusan keagamaan.
Komisi VIII DPR menilai langkah tersebut telah mengutamakan keselamatan masyarakat.
"Sikap Ustaz Das'ad merupakan langkah yang terpuji di tengah pencegahan COVID-19. Ustaz Das'ad lebih mengutamakan keselamatan masyarakat dibandingkan dengan popularitas dirinya," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily.