Di tengah santernya Pemerintah Kabupaten Ponorogo fokus pada pembangunan infrastruktur, di balik itu semua masih tersisa ketimpangan sosial. Yakni kurangnya perhatian kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Seperti yang dialami Poniran (60), warga Dukuh Jaten RT 05 RW 06, Desa Karangan, Kecamatan Badegan, Ponorogo. Pria yang tinggal seorang diri di lereng Gunung Gede ini harus melawan kerasnya kehidupan. Mirisnya lagi, Poniran menderita tunagrahita atau dalam bahasa ekstremnya idiot.
Baca Juga : Rencana Relokasi Mako Polres Tulungagung setelah Dibangun Masjid Megah, Ini Kata Bupati...
Poniran tinggal sendirian dengan fisik yang mulai lemah di gubuk reot berukuran 3 x 4 meter yang terbuat dari anyaman bambu. Gubuk itu pun jauh dari kata layak.
Meski begitu, Poniran tak pernah meminta belas kasihan dari warga. Setiap hari, ia tetap melangkahkan kakinya ke hutan untuk mencari kayu bakar dan dijual guna kebutuhan hidup sehari-hari.
Poniran masih beruntung karena hampir setiap hari ada tetangga yang peduli kondisi kehidupannya dengan cara memberikan makan ala kadarnya, " Dia itu hidup sendiri dan setiap hari mencari kayu bakar di hutan. Hasil mencari kayu ia jual ke tetangga. Kadang ditukar dengan uang, terkadang dengan makanan," kata Nurimo, tetangganya.
Nurimo juga mengungkapkan, di musim penghujan seperti saat ini, Poniran sering dihantui rasa takut dan khawatir jika nantinya hujan deras turun dan merobohkan gubuk reot miliknya. "Rumahnya selain sudah lapuk dimakan rayap, atapnya juga bocor jika turun hujan," ujar Nurimo.
Tetangga berharap ada bantuan dari para donatur maupun pemerintah daerah untuk sedikit membuka mata dan melihat kondisi Poniran. "Kami berharap ada bantuan dari para donatur maupun pemerintah daerah untuk memberikan rasa nyaman di usianya yang sudah senja," ucap Nurimo.
Baca Juga : Kabel Bergelantungan di Sawah, Petani di Bangkalan Tewas Tersengat Listrik
Bagaimama dengan Pemerintah Desa Karangan?Pihak desa sebenarnya sudah kerap mengusulkan untuk merenovasi rumah milik Poniran agar lebih layak. Bahkan setiap bulan pemerintah desa mengirim sembako untuk kebutuhan setiap hari Poniman.
Namun hubungan dengan perbaikan rumah Poniran, meski sering diusulkan, tapi tidak terealisasi. Alasannya identitasnya tidak ada.