free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Politik

Demi Tolak Eri Cahyadi, Barisan Kader Militan PDI Pro Mega Rela Dipecat

Penulis : M. Bahrul Marzuki - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

09 - Nov - 2020, 18:37

Placeholder
Deklarasi Banteng Ketaton di Jalan Pandegiling

Satu bulan jelang pencoblosan Sekretaris Jendral DPP PDIP Hasto Kristyanto menggelar konferensi pers di Surabaya. Dia menyampaikan apabila ada kader PDIP yang tak patuh pada putusan partai untuk mendung paslon Eri Cahyadi dan Armuji akan dipecat.

Namun, satu hari setelahnya seolah tak takut, para kader militan PDIP berani melawan. Yakni, dengan menggelar deklarasi Banteng Ketaton di Jalan Pandegiling, Minggu (8/11) dan menyatakan dukungan ke paslon lain Machfud Arifin dan Mujiaman.

Banteng Ketaton ini diisi oleh para kader PDIP lawas seperti Mat Mochtar, Sunardi dan Andreas Widodo. 

Mereka ini dahulunya adalah para kader awal PDIP dari pertama munculnya PDI Pro Mega (Promeg) yang coba menandingi PDI versi pemerintahan orde lama di zaman reformasi tahun 1998.

Di tahun 1998 ketiganya bersama dengan salah satu pendiri PDIP Almarhum Soetjipto juga melakukan cap jempol darah tanda mendukung Megawati sebagai ketua umum tunggal PDIP di Posko Jalan Pandigiling.

Kini 23 tahun berselang para kader lawas PDIP tersebut tergugah kembali untuk berjuang. Itu setelah tak direkomnya Whisnu Sakti Buana yang merupakan anak dari Almarhum Soetjipto untuk maju sebagai calon wali kota Surabaya di tahun 2020.

Sunardi secara tegas menyampaikan saat ini dia pecah bambu. "Kalau 80 persen PDI Perjuangan dulu mendukung WS sekarang kita alihkan semua ke Pak MA," ujarnya, Senin (9/11).

Ditanya mengapa mendukung Machfud? Sunardi beralasan yang diusung PDIP saat ini bukan lah kader asli. Yakni, Eri Cahyadi yang merupakan latar belakang seorang birokrat ASN di Pemkot Surabaya.

"Jadi ucapan bu Mega itu tak benar. Ucapan bu Mega seorang pemimpin, kader terbaik adalah WS, kenapa tak direkomendasi," tuturnya.

"Kita beralih ke MA. MA menang WS menang. Saya yakin 100 persen PDIP lari ke Pak MA," lanjutnya.

Disinggung tentang ancaman pemecatan serta pembekuan pengurus di Pandigiling? Gus Nar sapaan akrabnya mengaku sudah siap. "Saya dari dulu PDIP ada pesta, Gus Nar tak pernah datang. Kalau ada dikuyo saya datang. Nanti biar DPP yang membekukan. Biar ditampar sama rakyat PDIP Banteng Ketaton," imbuhnya.

Mat Mochtar kader lainnya menyatakan jika banteng sudah dikuasai Machfud Arifin saat ini. "Kalau udah dikuasai saya pastikan menang lah. Ini bantengnya, markasnya," kata dia.

Menurutnya Posko Pandigiling memiliki sejarah panjang lahirnya PDIP. "Dulu berjuang bersama di Pandegiling ini, dimotori Pak Tjip, disemangati Pak Tjipto pada waktu itu," lanjut dia.

Mat Mochtar kemudian menyampaikan jika Whisnu yang notabenya anaknya dari Soetjipto telah dizolimi. "Aalagi nanti anaknya saya. Makanya banteng lama bersatu untuk dukung Pak Machfud karena Pak Whisnu ini dizolimi," tegasnya kembali.

Mat Mochtar pun menyampaikan harapannya bahwa Surabaya adalah kandang banteng. Jika ada banteng yang disakiti pasti akan melawan. "Kandangnya pejuang sejati yang bermarkas di Pandegiling," lanjutnya.

"Ini rekom kemarin Pak Whisnu dizolimi. Kalau kita sudah dizolimi harus melawan dari pada mati pelan-pelan. Lebih baik kita melawan," imbuh tokoh masyarakat Surabaya utara dari suku Madura ini.

Lantas bagaimana respon para pengurus DPC PDIP Surabaya melihat adanya perpecahan ini? Anas Karno yang juga merupakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPC PDIP Kota Surabaya merespon santai. "Kami rasa, itu bukan mesin PDI Perjuangan. Silakan," ujarnya.

Menurutnya, seluruh mesin partai berlambang kepala banteng ini berjalan seiring dengan instruksi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Selaras dengan hal itu, kader PDI Perjuangan bergerak door to door meyakinkan masyarakat.

Adanya sekelompok orang mengatasnamakan bagian dari PDI Perjuangan dinilainya tak berdasar. "Mesin PDI Perjuangan utuh sampai sekarang. Ada jadwal (kampanye), waktunya kapan, lokasinya dimana. Bahkan, sampai anak ranting sudah jalan," imbuh pria yang juga mantan pengacara ini.

 

 


Topik

Politik



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

M. Bahrul Marzuki

Editor

Sri Kurnia Mahiruni