Perayaan Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober dirayakan dengan penuh keprihatinan. Salah satunya oleh Pemilik Batik Tulis Celaket (BTC) di Kota Malang. Hanan Jalil pemilik BTC ini bertahan di tengah keprihatinan Pandemi Covid-19 dengan tidak mengurangi jumlah karyawan yang saat ini berjumlah 20 orang. Meskipun pada saat pandemi covid-19 mendera, nyaris tidak ada pembeli di gerainya.
Sebagai produsen batik tulis, BTC hadir mewarnai industri batik nasional yang mampu menjadi pembeda. Namun dalam kondisi seperti ini industri batik juga terdampak karena daya beli masyarakat yang menurun.
Baca Juga : Tekad Kembangkan IKM, Dekranasda Kota Malang Siap Gencarkan Pelatihan
Hanan Jalil mengaku tak tega jika akan memberhentikan karyawannya yang sejak puluhan tahun bekerja dengannya. "Karyawan saya itu merupakan tetangga semua. Sudah puluhan tahun ikut saya. Kalau dirumahkan saya tidak tega," kata Hanan.
Dalam kondisi seperti ini Hanan berharap, pemerintah memiliki kebijakan yang bisa menghidupkan usaha batik. Ia mencontohkan, pemerintah harus memiliki kebijakan belanja daerah harus dibelanjakan ke masyarakatnya sendiri. "Misalnya, ada dua produsen batik, ya beli saja di situ agar ekonomi bergerak. Produsen dan toko itu punya karyawan yang dinantikan oleh keluarganya untuk pulang membawa gaji," kata dia.
Jalil membeber, sepanjang bulan Januari hingga Oktober tahun ini, penjualan batik turun drastis. Apalagi saat ini covid-19 juga tak kunjung membuat kabar baik. "Batik ini turunan dari sektor pariwisata, biasanya dibuat oleh-oleh. Selama masa pandemi, tidak ada wisatawan, otomatis tidak ada pembeli," ungkapnya.
Sebelum pandemi covid-19, BTC bisa menjual batik tulis sekitar 300 hingga 500 lembar setiap bulannya. Namun, sekarangmengalami penurunan cukup drastis. "Mulai bulan Januari hingga Maret 0,1 persen saja penjualan. Di tujuh bulan terakhir 0 persen penjualannya,” keluhnya.
Baca Juga : 100 Pembatik Malang Raya Lakukan Sertifikasi, Tambah Kreasi di Tengah Pandemi
Dengan menurunnya daya beli masyarakat itu, Hanan mengaku berharap ada pinjaman modal usaha. Namun dalam hal ini harus ada skema peminjaman tersebut dan diberikan dengan pembebasan cicilan selama enam bulan atau memberikan keringanan cicilan.
"Yang diharapkan bantuan pinjaman baru. Kita ini pinjam tidak minta, tapi dengan stimulus misalkan cicilan ringan, dan ada tempo waktu enam bulan tidak bayar dulu misalnya. Kemudian diberi pinjaman dengan janji jangan pecat karyawan," pungkasnya.