Mencari sosok Ridlo (samaran), warga di wilayah Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung bukan hal yang mudah. Setelah mendapati informasi, Ridlo yang selama pandemi ini menjadi pedagang dadakan ikan gurami memang terlihat jarang di rumah.
"Sungkan, di sini banyak yang punya profesi pedagang ikan. Saya hanya menjual milik saya, sama beberapa tetangga dan teman yang saya kenal saja," katanya saat janjian di sebuah warung di sekitar RSUD Dr Iskak Tulungagung, Selasa (15/09/2020).
Baca Juga : Harga Bawang Probolinggo Melonjak Tinggi, Disperindag: Dipengaruhi Kualitas
Beberapa kali Ridlo menolak disebut pedagang ikan dengan harga jual yang sangat menolong pembudidaya. Pasalnya, dirinya selama ini hanya menjual ikan sendiri, milik kerabat dan teman-teman yang dia kenal. "Saya bukan pedagang, jangan salah paham. Saya hanya menjual ikan saya sendiri, punya saudara dan beberapa teman yang memang stoknya melimpah," ujarnya.
Jika per hari ini, harga ikan gurami di Tulungagung berkisar antara Rp 21 ribu - Rp 22 ribu basah, Ridlo mengatakan dapat menjual dengan harga Rp 24,5 ribu. Dirinya tidak menerima penjualan ikan gurami kering, namun khusus menerima timbangan basah. "Pedagang pasar memilih basah karena dijual lagi segar, lalu yang dibawa ke Bali itu juga minta ikan hidup," ceritanya.
Berawal dari membuka Internet dan iseng-iseng Browsing, Ridlo mencoba menghubungi nomor yang tercantum dalam pencariannya. Setelah intens komunikasi, kebutuhan dan juga cara pembayaran disepakati sekitar bulan Mei dirinya mulai mencoba mengirim sekitar 5 ton ke pintu tol Kertosono. "Saya janjian di sana, tapi untuk keseriusan saya minta ada pembayaran atau transfer uang muka," jelasnya.
Satu kiriman yang sukses, membuat semangatnya bangkit. Hal ini, dikarenakan kolam yang dimiliki baik milik pribadi dan sewa kolam cukup banyak. "Saya kemudian melakukan pencarian lagi di Internet, hingga saat ini ada tiga pelanggan yang saya pasok dari ikan saya sendiri," paparnya.
Hanya jika stok yang dimiliki tidak memadai, Ridlo mengaku meminta teman yang ikannya sudah siap dipanen. Jika dirinya menerima dengan harga yang berani melebihi harga yang dipatok pedagang lain, berapa sebenarnya harga yang diterima dari pembelinya. Ridlo tampak terdiam dan sesekali tertawa, dirinya tetap tidak mau mengungkap masalah harga. "Ya, pokok jika saya beli segitu. Harga jual rahasia saya," tambahnya.
Baca Juga : Kopi Excelsa Wonosalam Mulai Dipanen, Sayangnya Harga Kopi Sedang Anjlok
Dirinya hanya berpesan agar pembudidaya tidak ketinggalan informasi mengenai harga, untuk itu Ridlo berharap agar kecanggihan teknologi dimanfaatkan untuk meng-Update bisnis yang ditekuni. "Jika berani menawarkan, atau mau mencoba berkomunikasi dengan orang luar sana maka tak ada alasan pembudidaya akan bisa dibodohi dan merugi," tambahnya.
Bahkan, Ridlo mengungkapkan jika pembudidaya mau kreatif dalam pemasaran bukan hanya harga yang sportif, dari sisi timbangan juga tak bisa dicuri.
"Yang menjadi keresahan saya, PSBB di Jakarta ini akan berdampak atau tidak dengan gurami. Jika sampai berdampak, kasihan pembudidaya yang mungkin tak bisa berharap ikan mereka akan laku dengan harga jual naik," pungkasnya.