Dalam rangka mensukseskan program Wi-Fi gratis di pelosok desa, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Malang telah memetakan Blank Spot Area yang tersebar di wilayah Kabupaten Malang.
Kepala Diskominfo Kabupaten Malang, Aniswaty Aziz mengatakan bahwa pihaknya telah memetakan desa-desa di Kabupaten Malang yang termasuk dalam kategori blank spot area. "Blank spot area itu ada sekitar 50 desa," sebutnya ketika dikonfirmasi awak media di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Sabtu (12/9/2020).
Baca Juga : Gunung Kidul Pertegas Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Publik
Dari ke-50 desa tersebut pihak Diskominfo Kabupaten Malang disampaikan oleh Aniswaty bahwa telah menjajaki komunikasi untuk mengarah kerja sama dengan pihak Telkom sebagai penyedia provider.
Komunikasi yang telah terjalin pun sekarang dalam tahap pendataan warga masyarakat di blank spot area tersebut mayoritas menggunakan provider apa. Karena mengacu pada teori Supply Demand yang harus juga diterapkan oleh pihak Telkom. "Telkom itu kalau di sana banyak penggunanya provider telkomsel itu dia mau. Tapi kalau di sana sedikit dia nggak mau, dia rugi. Jadi Supply Demand-nya harus jelas, mereka itu mau begitu semua," terang Aniswaty.
Ditanya mengenai Blank Spot Area yang tersebar di 50 desa di Kabupaten Malang, Aniswaty menyebutkan bahwa mayoritas 50 titik tersebut tersebar di wilayah Kabupaten Malang bagian selatan. "Di (dominasi, red) Malang Selatan. Seperti Ampelgading, terus Bantur," sebutnya.
Aniswaty pun mengungkapkan alasan mengapa lebih banyak desa yang termasuk dalam Blank Spot Area, karena posisi desa tempat tinggal masyarakat disana berada di wilayah tertutup tebing, cekungan dan lain sebagainya. "Kalau daerah datar-datar nggak lah. Biasanya lembah, cekungan," ujarnya.
Dari 50 desa yang termasuk dalam kategori Blank Spot Area, Aniswaty mengatakan bahwa puluhan desa tersebut tidak tersebar secara merata di 33 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang. "Kalau kecamatan nggak semua. Jadi nggak bisa saya sebutkan kecamatannya, karena hanya beberapa desanya saja," jelasnya.
Baca Juga : Wabup Jember Minta Desa Proaktif Ajak Petani Daftar Kartu Tani
Semua dipetakan menurut kondisi wilayah geografis dan jangkauan sinyal yang sekiranya mumpuni atau tidak untuk ditempatkan Wi-Fi yang dapat menunjang kinerja warga desa maupun anak sekolah yang harus menggunakan metode pembelajaran di tengah pandemi Covid-19 menggunakan sistem daring (dalam jaringan, red). "Jadi sebuah perencanaan harus melalui pemetaan dulu. Kalau udah ketahuan petanya, udah jelas banget perencanaannya," tuturnya.
Aniswaty pun mencontohkan yang telah masuk dalam pemetaan, perencanaan dan telah diimplementasikan. Seperti di daerah Ungapan yang saat ini telah bisa mengakses jaringan internet menggunakan satelit pemancar BTS (Base Transceiver Station). "Kalau Ungapan kita sudah dapat CSR-nya. Udah bisa Ungapan sekarang. Telkom mau pasang tiga lagi, pakai satelit dia. Mereka bisanya pakai satelit BTS (Base Transceiver Station, red)," pungkasnya.