Rasa duka dirasakan oleh para dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain dalam suasana keprihatinan pandemi wabah Covid 19 yang sudah berlangsung lebih dari sekitar 6 (enam) bulan. Mereka menyesalkan masyarakat yang masih abai tidak menggunakan masker dalam melakukan aktivitas di luar rumah.
Menurut Drg Wahyu Primawati, Kepala Puskesmas Kertosari Banyuwangi pada saat awal terjadi serangan wabah Covid 19 pihaknya merasa gagap dalam arti belum percaya dan yakin realitas wabah Covid 19 yang terjadi benar adanya.
Baca Juga : Jadi Kebutuhan Penting di Masa Pandemi Covid-19, Seperti Apa Sejarah Masker?
”Sebagai masyarakat yang masuk kelompok intelektual dan berpikir ilmiah kami masih gamang apakah wabah Covid 19 benar-benar ada karena terjadi secara tiba-tiba dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya,” jelas drg Wahyu.
Namun seiring perjalanan waktu dan mulai adanya warga masyarakat yang menjadi korban, alumni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajahmada (UGM) Yogyakarta itu baru menyadari dan yakin fenomena wabah Covid 19 benar adanya.
Sebagai garda terdepan layanan kesehatan kepada masyarakat, pihaknya membentuk Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid 19 di wilayah kerja Puskesmas Kertosasi.
Selain itu, ibu tiga anak itu juga melakukan optimalisasi kerja para bidan perawat dan tenaga kesehatan yang lain serta membentuk tim reaksi cepat dalam memberikan penanganan warga masyarakat yang disinyalir terpapar Covid 19.
”Pada dasarnya kami prihatin dengan situasi dan kondisi yang ada. Namun tetap yakin Tuhan pasti memberikan hikmah yang luar biasa apabila semuanya bisa sabar tabah dan ikhlas dalam menghadapi semua yang terjadi,” tegas dokter gigi berjilbab tersebut.
Selanjutnya, alumni SMA Glagah Banyuwangi itu menambahkan, sebagai garda terdepan dalam pencegahan dan penanggulangan penyebaran wabah Covid 19 di lapangan pihak tenaga kesehatan berupaya tetap bahagia agar daya tubuh tetap terjaga dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
Tentunya dengan mematuhi protokol kesehatan secara ketat dengan senantiasa mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat turun ke lapangan untuk melakukan penyuluhan kepada warga maupun melakukan penyemprotan disinfektan pada wilayah yang dinilai potensial penyebaran wabah Covid 19.
Drg Wahyu menyadari masyarakat tidak sepenuhnya salah karena mereka belum mengetahui dengan memahami meskipun petugas sudah memberikan penjelasan. Hal terebut tentunya menjadi tantangan bagi petugas kesehatan untuk terus melakukan inovasi dan terobosan mencari teknik dan strategi yang tepat untuk menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat memahami bahayanya wabah Covid 19 yang ada saat ini.
Baca Juga : Kembali Dibuka, Puskemas Kedungkandang Batasi Layanan Kesehatan
“Kenyataan virus tersebut terus bergerak dan semakin banyak masyarakat yang menjadi korban Covid 19. Bahkan masyarakat Kertosari pada akhirnya harus menerima kenyataan salah seorang warganya meninggal dunia dan dinyatakan positif terpapar Covid 19,” imbuh perempuan berkacamata minus itu.
Dalam upaya memberikan perlindungan kepada karyawan Puskesmas Kertosari agar terpapar wabah Covid 19, dia memberikan izin untuk staf tidak memberikan pelayanan pada masyarakat apabila merasa kondisinya tidak fit dan mereka yang paling tahun kondisi kesehatannya.
Selanjutnya drg Wahyu berharap agar masyarakat tidak memberikan stigma negatif dan mengucilkan pada warga yang dinyatakan positif terkena wabah Covid 19. Mereka akan menjalani program karantina selama 14 hari apabila hasil Rapid Testnya reaktif. Namun apabila dalam masa karantina dokter menyatakan sembuh maka yang bersangkutan bisa melakukan berbagai kegiatan seperti sebelumnya.
Lebih lanjut drg Wahyu mengimbau agar warga selalu menjaga jarak, berolahraga dan beristirahat yang cukup serta mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang.
”Yang tidak kalah penting selalu meningkatkan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan berdoa agar selalu diberikan kesehatan dan kekuatan serta wabah Covid 19 segera berakhir agar mampu menjalani kehidupan dengan wajar,” ucap drg Wahyu.