Masker saat ini sudah menjadi kebutuhan penting di masa pandemi Covid-19. Dengan menggunakan masker setidaknya kita bisa mengurangi kemungkinan besar agar tidak terpapar dari virus Covid-19.
Demi aman dari Covid-19, setiap orang diimbau untuk menggunakan masker saat keluar rumah. Lantas seperti apa sih sejarah dari masker yang bisa melindungi dari wajah kita dari debu dan virus?
Baca Juga : Didominasi Kecamatan Singosari, Pasien Covid-19 di Kabupaten Malang Tambah 7 Orang
Berdasarkan catatan sejarah, masker sudah sedari dulu digunakan masyarakat saat menghadapi suatu wabah. Seorang sejarahwan bernama Bonnie Triyana mengatakan jika masker tertua yang bisa terlacak dimulai di Eropa pada abad ke-17.
Kala itu, masker berbentuk seperti burung dan digunakan untuk menghadapi penyakit.
“Masker digunakan karena waktu itu juga ada wabah ya menghindari penyebaran penyakit dari udara dan di dalam paruhnya itu biasanya diisi sama herbs jadi kayak rempah,” ujar Bonnie.
Diceritakan Bonnie jika di zaman itu bentuk masker tidak seperti sekarang.
Ia mengatakan zaman dahulu masker dibuat dari bahan seperti wol tipis hingga bahan-bahan lain yang tersedia di zamannya, seperti kain kasa hingga perban.
“Maskernya itu terbuatnya dari ya seadanya bikinnya, seadanya itu misalkan dari rajutan bahan rajutan kaos kaki atau dari perban atau dari kain kasa,” katanya.
Ia lantas mengatakan jika bentuk masker mulai berubah saat wabah Flu Spanyol terjadi.
Baca Juga : 1 dari 43 Penduduk Jatim Telah Jalani Tes Cepat Covid-19
“Sudah agak berubah gak kayak paruh burung lagi, bentuknya itu yang kita lihat ini hampir mirip-mirip karena dia (masker saat itu) bisa bergerak gitu jadi kalau berbicara bisa gerak-gerak,” cerita Bonnie.
Selain itu jika berkaca dari sejarah, respons masyarakat terhadap penggunaan masker berubah-ubah dan bervariasi. Contoh seperti masyarakat di Amerika Utara yang menerima penggunaan masker dan di Kanada yang masyarakatnya tidak menghiraukan penggunaan masker.
“Kalau di Amerika Utara mereka menerima sebagai sebuah kewajiban dan cara untuk menjaga apa solidaritas kemanusiaan supaya mencegah penyebaran wabah pandemi Flu Spanyol. Tapi di Kanada responsnya beda lagi, walaupun mandatory diwajibkan mereka bandel, mereka tidak memakai, kalau ada razia gitu baru dipakai karena mereka merasa tidak nyaman dan menganggap masker itu suatu hal yang aneh,” paparnya.
Di sisi lain, Bonnie juga menjelaskan jika di masa Flu Spanyol, Indonesia juga sudah melakukan tindakan seperti lockdown dan PSBB.
“Tapi kalau cara-cara untuk mencegah misal dalam bahasa sekarang lockdown atau PSBB itu dulu ada pernah tindakan demikian, misalkan satu desa kalau ada yang kena wabah itu tidak boleh kemana-mana harus tetap tinggal di rumah itu sudah ada,” ungkapnya.