JOMBANGTIMES - Rekomendasi audit maternal perinatal (AMP) soal kasus ibu melahirkan tanpa bantuan tenaga kesehatan hingga bayi meninggal dunia sudah keluar. Rekomendasi yang dibuat tidak menyinggung soal sanksi.
AMP digelar oleh tim gabungan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang dan organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Kegiatan tersebut digelar secara tertutup di ruang Soeroadiningrat II Kantor Pemkab Jombang, Selasa (18/8) siang.
Baca Juga : Tenaga Kesehatan Rumah Sakit di Madiun Kembali Positif Covid-19
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Jombang dr Vidya Buana mengatakan, rekomendasi yang dikeluarkan tidak menyinggung soal sanksi terhadap rumah sakit. Pasalnya, AMP tersebut menganut asas no name, no blame, no shame, no pro yusticia. Artinya, AMP mengaudit berdasarkan kasus yang bertujuan untuk proses pembelajaran.
"Hasil audit maternal perinatal sudah keluar rekomendasi hari ini. Kami bagi lima poin rekomendasi, yakni untuk petugas kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, kemudian rekomendasi untuk dinas kesehatan, pemerintah daerah dan masyarakat," ujarnya saat ditemui di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Jalan KH Wahid Hasyim, Jombang, Senin (24/8) siang.
Dijelaskan Vidya, bagi petugas kesehatan direkomendasikan untuk meningkatkan kompetensinya dan penempatan tenaga kesehatan (nakes) sesuai kompetensi. Juga diminta kerja sama dengan organisasi profesi melalui review dan pembinaan serta analisis beban kerja.
Fasilitas pelayanan kesehatan direkomendasikan untuk pemenuhan fasilitas perubahan pola pikir, mengukur kemampuan pelayanan RS dari sisi SDM dan fasilitas, serta pemenuhan indikator peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP).
Sedangkan untuk rekomendasi terhadap Dinkes yaitu soal pemetaan RS dan sosialisasi alur pelayanan maternal di era covid-19, pembinaan dan pengawasan berkala terhadap faskes, serta visitasi dan update kemampuan pelayanan dan pembinaan pengawasan oleh Dinkes.
Rekomendasi untuk pemerintah daerah berkaitan dengan dukungan pemenuhan sarana dan tenaga di faskes. Dan rekomendasi ke masyarakat berkaitan dengan edukasi tentang ANC dan PNC terpadu serta pelayanan rujukan.
"Kami juga masih menunggu hasil klarifikasi dari Dinkes Jatim yang beberapa waktu lalu juga turun ke rumah sakit. Dan kami pun akan menyusun RTL (rencana tindak lanjut) dari hasil rekomendasi Dinkes Jatim dan hasil rekomendasi audit AMP. Sebagai upaya perbaikan pelayanan maternal perinatal di Kabupaten Jombang," tandasnya.
Sementara, Vidya juga tidak mengungkap penyebab bayi meninggal dunia. Dia mengatakan bahwa penyebab bayi meninggal bisa dijawab oleh pihak Rumah Sakit Pelengkap Medical Center (RS PMC). "Soal (kematian bayi, red) itu bisa langsung ke dokter penanggung jawabnya ya. Dari AMP, kami hanya mempelajari by kasus. Jadi, bukan spesifik rumah sakit A rumah sakit B, melainkan kasus kematian perjalanannya itu seperti apa," kata Vidya.
Baca Juga : Habis Nyapu Pria Ini Ditemukan Tewas, Begini Kronologinya
Diberitakan sebelumnya, DR (27), warga Desa Gedangan, Kecamatan Sumobito, Jombang, memilih RS Pelengkap Medical Center (RS PMC) Jombang untuk persalinan anak keduanya. Ia merasa ditelantarkan pihak rumah sakit karena tidak ada penanganan tim medis saat proses persalinan.
Istri BK (29) itu masuk ke rumah sakit pada Selasa (4/8) pukul 01.30 WIB. Saat pertama masuk, DR diminta mejalani rapid test dan hasilnya reaktif. Karen itu, ia dipindahkan ke ruang Darusallam RS PMC. Hingga pada pukul 04.30 WIB, DR melahirkan anak ke duanya tanpa dibantu bidan atau dokter jaga saat itu.
Ibu DR yang mendampingi di ruang perawatan, mencoba memberi tahu perawat dan petugas media lainnya. Namun, petugas medis di rumah sakit tak menggubrisnya.
Petugas medis baru datang setelah 30 menit bayi lahir. Hingga akhirnya, bayi yang baru dilahirkan DR itu dinyatakan meninggal dunia. Hal itu lantas membuat kecewa DR dan keluarga karena merasa tidak ditangani atau ditelantarkan oleh pihak rumah sakit.
"Yang saya kecewakan itu waktu di ruang Darusallam, ketika saya kesakitan perawat terus bilang nanti jam 9 (ditangani, red). Hingga akhirnya keluar bayinya itu pun tidak langsung dilihat. Baru setengah jam setelah bayi lahir baru dilihat. Kalau menurut saya, waktu bayi lahir itu tidak nangis, kalau itu langsung ditangani, langsung dikasih oksigen, dikasih oksigen, dikasih penghangat ya ndak sampau kayak gitu (meninggal, red)," kata DR saat ditemui di kediamannya.