Pelaksanaan belajar mengajar siswa siswi sekolah dengan tatap muka nampaknya menjadi perhatian khusus dari berbagai daerah, tak terkecuali di Kota Malang.
Hal itu didadasari dari pelaksanaan belajar mengajar secara daring (dalam jaringan) yang berjalan selama masa pandemi Covid-19 dinilai kurang efektif. Karenanya Pemerintah Kota (Pemkot) Malang juga mulai merencanakan sistem belajar dengan tatap muka kembali.
Baca Juga : Era New Normal, Era Lembaga Pendidikan Formal Terapkan Model Pembelajaran Non Formal
Namun, sebelum kembali membuka akses belajar mengajar secara tatap muka itu Pemkot Malang masih akan melakukan tahap simulasi. Simulasi ini sebagai langkah untuk memastikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 sesuai dengan ketentuan dan aman bagi siswa sekolah.
Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan rencana simulasi sekolah tatap muka bagi siswa-siswi sekolah itu akan dimulai pada pekan depan. Sasarannya bagi siswa SD dan SMP di Kota Malang. "Belum (pembukaan sekolah), tapi simulasi dulu. Untuk SMA sudah, SMP SD minggu depan (simulasi sekolah tatap muka)," ujarnya saat ditemui di Balai Kota Malang, Kamis (5/8/2020).
Teknisnya, ia menyebut akan diserahkan kepada dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Malang. "Itu kami serahkan kepada diknas (Dikbud Kota Malang)," imbuhnya.
Meski Kota Malang masih berstatus zona merah, mengingat jumlah kasus positif Covid-19 hingga saat ini mencapai angka 742. Rinciannya, sebanyak 59 orang meninggal dunia, 407 orang dinyatakan sembuh dan 276 orang masih dalam perawatan.
Namun Sutiaji mengatakan segala persiapan untuk sekolah tatap muka harus dipersiapkan. Sehingga, ketika memang telah ada anjuran dari pusat, maka sekolah di Kota Malang telah siap dijalankan dengan protokol Covid-19 yang ketat. "Ya kita kan persiapkan saja ya. Kita siap dulu," paparnya.
Baca Juga : Pencairan BOS Madin Tahap Pertama Tuntas, ke Depan Pemkot Malang Usulkan Kenaikan
Lebih lanjut, untuk sistem pelaksanaan simulasi sekolah tatap muka itu pihaknya masih akan mencoba di 10 sekolah. Yakni, 5 untuk SD dan 5 untuk SMP. Selanjutnya, nanti dalam prosesnya juga bakal diberlakukan alternatif secara bergantian. Artinya tidak semua siswa akan masuk setiap hari.
Misalnya, untuk SD dengan secara bergantian antar kelas per harinya. Antara kelas 1 dengan kelas 6 di hari senin, hari berikutnya bisa diisi oleh kelas 5 dan 2, begitupun seterusnya.
"Saya minta minimal ada lima sekolah, SD 5 SMP 5. Dengan pertimbangan pokoknya semua protokol (Pencegahan Covid-19). Nanti simulasinya tak tunjukkan, rencananya kelas 1 dan 6, kelas 2 dan 5 gitu separuh-separuh," tandasnya.