Sejarah panjang tembakau di Kabupaten Blitar tak bisa dilepaskan dari Kelurahan Talun. Ya, Kelurahan Talun yang memiliki tekstur tanah subur sejak dahulu dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau terbaik di Blitar selain Kecamatan Selopuro.
Keberhasilan Kelurahan Talun sebagai lumbung tembakau di Kabupaten Blitar tak bisa dilepaskan dari andil Pemkab Blitar melalui Dinas Pertanian dan Pangan yang terus menerus memberikan pembinaan dan pendampingan kepada para petani di daerah setempat. Pendampingan Dinas Pertanian dan Pangan kepada petani tembakau di Kelurahan Talun di antaranya diwujudkan dengan gelar Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP) pada Jumat (17/7/2020).
Baca Juga : Dampak Covid-19, Permintaan Sapi Kurban di Jombang Turun 75 Persen
Sekolah lapang dengan tema Analisa Usaha Tani bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) diikuti 15 orang petani tembakau. Kegiatan dilaksanakan secara protokol kesehatan dengan seluruh peserta diwajibkan memakai masker, cek suhu tubuh dan jaga jarak.
Kasi Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar Anita Arif Rahayu menyampaikan, melalui SL-GAP ini pihaknya mendorong penguatan SDM petani di bidang bisnis. Sehingga petani tidak hanya memiliki bekal ilmu dan pengetahuan bercocok tanam tembakau saja.
“Kami ingin petani mahir berbisnis, tidak hanya andal dalam produksi. Dengan SL-GAP ini kami ingin petani bisa menghitung ongkos produksi sampai dengan jual tembakau dengan harga berapa dan keuntungan berapa. Efisiensinya akan ketemu, harga paling minim untuk tembakau ini. Pelatihan ini upaya kami memberikan bekal kepada petani agar mahir bernegosiasi di pasar. Dan agar manajemen bisnis mereka lebih baik," terangnya.
Dengan SL-GAP kali ini diharapkan para petani di Kelurahan Talun bisa meningkatkan kesejahteraan dengan menerapkan manajemen agribisnis secara lebih efisien dan profesional.
”Mereka (petani) kadang di pasar itu kalah. Tidak pernah dihitung soalnya. Mereka mengira sudah untung, padahal tidak. Mereka rugi meskipun tembakau yang ditanam sebenarnya kualitasnya baik,” urainya.
Sementara Dr Ahmad Deddy Syntori selaku narasumber dari BBPP Ketindan menyampaikan, SL-GAP ini merupakan upaya memberikan pendampingan dan pembinaan petani agar memiliki mindset profit oriented. Petani didorong agar menguasai manajemen usaha tani sehingga pertanian tembakau yang digeluti para petani dari Talun bisa meningkatkan kesejahteraan.
“Komoditas tembakau itu untung atau tidak bisa diketahui dari hitungan biaya produksinya, hasil produksinya seperti apa. Per hektarnya dia bisa mendapat berapa kilo, harganya berapa. Lalu dari keuntungan bisa diketahui pendapatan berapa dan dikurangi dari pengeluaran,” jlentrehnya.
Di kesempatan ini Deddy juga mengajak para petani yang ikut pelatihan untuk menghitung keuntungan dalam bertani tembakau. Hasilnya cukup menggembirakan, rata-rata petani di Kelurahan Talun sukses mendapatkan keuntungan dari bertani tembakau.
Baca Juga : UGM Kupas Kelembagaan Sektor Pertanian
“ Rata-rata dari 15 orang yang ikut SL-GAP ini saya lihat rata-rata sukses bertani tembakau. Dibuktikan dengan apa? Dibuktikan dengan RC rasionya, tidak ada yang dibawah 1. Rata-rata satu koma sekian dan justru ada yang 1-2 peserta. Jadi komoditas tembakau sangat menguntungkan di Kelurahan Talun,” papar Deddy.
SL-GAP yang dilaksanakan di Kelurahan Talun merupakan permintaan langsung para petani di daerah setempat kepada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar. Permintaan ini merupakan wujud kesadaran para petani agar bisa lebih berkembang dalam menghadapi perkembangan agribisnis yang kian dinamis.
“Dengan adanya penjelasan-penjelasan melalui SL-GAP ini akan membantu kami dalam berkembang. Khususnya semakin berkembang di dunia tani tembakau,” katan Sukari selaku Ketua Kelompok Tani Murni Lima Kelurahan Talun.
Dikatakanya, budidaya tembakau sangat diminati petani di Kelurahan Talun. Di daerah ini ada 17 hektar lahan pertanian yang ditanami tembakau yang ditanami oleh 45 orang petani. Bertani tembakau bagi petani di Kelurahan Talun sudah mendarah daging sejak dulu. Petani Talun banyak menanam varietas tembakau asli Blitar diantaranya kedululang, kenongo dan jahe emprit.
“Sejak 10 tahun yang lalu minat petani sini sama tembakau sangat tinggi. Setiap tahun pasti tanam tembakau. Namun demikian, pembinaan dari dinas tetap kami butuhkan untuk merespon persoalan-persoalan di lapangan,” pungkasnya.(Adv/Kmf)