Ulat grayak menyerang ratusan hektare ladang jagung di Kota Probolinggo. Ulat dengan nama latin Spdoptera Exiagua ini menyerang tanaman jagung yang berusia 1 hingga 35 hari.
Rini Darwati dari Dinas Pertanian Probolinggo mengatakan, sejak beberapa bulan terakhir ini, petani jagung di Kota Probolinggo mengeluhkan serangan ulat grayak yang merusak daun tanaman yang diawali dari pupus jagung.
Baca Juga : Jadi Korban PHK, Tiga Karyawan Perusahaan Swasta di Pamekasan Lapor ke Disnakertrans
Dinas Pertanian sendiri tidak tinggal diam. Mereka ikut terjun langsung ke ladang untuk mengkaji bagaimana mengatasi wabah ulat grayak yang menyerang jagung para petani.
Ulat grayak sendiri berasal dari Amerika Selatan. Di Indonesia, selama ini hama ulat grayak terjadi di Pulau Jawa.
Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), selain mampu berpindah dengan radius 100 kilometer, ulat grayak juga bisa berkembang biak dengan sangat cepat. Sebab, satu betina mampu menghasilkan 1.000-2.000 ekor sekali masa bertelur.
Hama ini sangat berbahaya. Dua atau tiga ulat saja menyerang satu pohon, tanaman akan langsung mati, Jadi, semua lini sudah harus bergerak untuk melakukan penanganan. Apabila tidak segera diatasi, penyebarannya semakin meluas karena ulat ini mampu berpindah tempat pada radius 100 kilometer.
Salah satu hamparan ladang tanaman jagung yang terkena ulat grayak terbanyak ada di Kelurahan/Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo.
Baca Juga : Berenang dan Terserat Arus, Remaja Perempuan Selamat dari Ganasnya Ombak Pantai Serang
Ukuran ulat ini tidak seperti ulat daun pada umumnya. Ukurannya lebih besar 2-3 sentimeter, berwarna hijau kecoklatan serta tidak gatal di tangan bila terpegang atau tersentuh.
Rini menuturkan bahwa serangan ulat ini membuat kerugian mencapai Rp 5-6 juta di setiap seperempat hektare lahan. Berbagai upaya penyemprotan pestisida terus dilakukan dua kali dalam sehari. Namun ulat jenis ini lebih kuat, kebal, dan tidak mudah mati.