Pemanfaatan burung hantu sebagai predator alami untuk memberantas hama tikus yang menyerang lahan pertanian kian banyak diterapkan. Keberadaan burung hantu kini menjadi sahabat petani untuk mengendalikan populasi tikus di area persawahan.
Burung hantu jenis tyto alba atau sering disebut serak jawa kini mulai banyak dikembangkan oleh Kelompok Tani Sumberharjo di Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.
Baca Juga : ASN Pemkot Batu Positif Covid-19 Masih Berkeliaran, Masyarakat Mojorejo Resah
Dengan memanfaatkan sarang burung hantu yang dipasang di tengah area persawahan keberadaan hama tikus mulai berkurang. Kelompok Tani Sumberharjo setidaknya memiliki 3 rubuha yang dihuni 6 ekor burung hantu pemburu tikus.
Sejak memelihara burung hantu, lahan pertanian padi dan palawija di sawah yang lokasinya berdekatan dengan sarang burung hantu gangguan serangan hama tikus dapat diminimalisir.
Seperti disampaikan Ali Sukron (40) salah satu petani yang merasakan langsung dampak berkurangnya gangguan hama tikus. Sebelumnya, serangan hama tikus seringkali merugikan petani. Akan tetapi setelah adanya burung hantu, populasi tikus semakin berkurang.
"Sejak kita menaruh rubuha di sekitar lahan persawahan gangguan hama tikus berkurang cukup signifikan. Ini memang sangat efektif, mungkin selain dimangsa, tikusnya juga menyingkir karena ada burung hantu sering berkeliaran," ungkap Sukron, Minggu (15/6/2019).
Burung hantu itu dibuatkan rumah hantu (rubuha) mirip dengan pagupon (sangkar burung merpati) di sekitar areal persawahan untuk berburu tikus.
Sebagian besar petani lainnya juga merasakan dampak positif dari keberadaan rubuha di areal persawahan. Meski begitu tidak dipungkiri, hama tikus masih tetap ada yang mengganggu tanaman petani.
"Ya meskipun sawah yang agak jauh dari sarang burung hantu masih ada yang diserang tikus. Namun kondisinya tidak separah dulu," tambahnya.
Dia menceritakan, awalnya dia bersama kelompoknya berinisiatif mengembangkan burung hantu berawal dari melihat dari internet. Dengan biaya seadanya dan hasil swadaya, dia bersama kelompoknya mencoba membeli 3 anakan burung hantu dan membuat sebuah rumah burung hantu untuk dipasang di area persawahan.
Baca Juga : Cari Surat Keterangan Sehat, Pengantin Baru di Blitar Justru Positif Covid-19
"Awalnya ya coba-coba tau dari telivisi, lalu kita inisiatif belajar dari internet. Kita beli 3 anakan burung hantu yang kita beli yang bisa hidup sampek dewasa cuman satu. Akhirnya kita taruh di rubuha, kita tutup disitu, kita kasih pakan, seminggu kemudian kita lepas. Ternyata lama-kelamaan burung hantu itu membawa pasangan sendiri," paparnya.
Kini dari 6 ekor burung hantu dewasa yang dikembangkan Kelompok Tani Sumberharjo, ada sekitar 18 anakan burung hantu yang siap dibanjarkan di rubuha-rubuha lainnya.
"Sebenarnya tidak sulit untuk mengembangkan burung hantu ini. Siapapun petani di Sumberjati kami siap membantu, petani cukup menyiapkan rubuha/pagupon untuk dipasang di tengah area persawahan," jelas Sukron.
Menurutnya, sepasang burung hantu di rubuha bisa menjaga sekitar 1 hektar area persawahan dari serangan hama tikus. Dia berharap, hal ini dapat disosialisasikan di masyarakat supaya burung hantu dan pemangsa alami hama tikus tidak diburu.