Dukungan terhadap bakal calon Wali Kota Surabaya Irjen Pol (purn) Machfud Arifin terus mengalir.
Terbaru, jaringan alumni pesantren di Surabaya siap all out mendukung dan memenangkan Machfud Arifin menjadi wali kota menggantikan Tri Rismaharini.
Baca Juga : Fraksi NasDem Jatim Dukung Santri Kembali ke Pondok
Koordinator jaringan alumni pondok pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo di Surabaya Sofyan Hadi mengaku siap mensukseskan Machfud Arifin sebagai Wali Kota Surabaya.
Pasalnya, Machfud Arifin dianggap memiliki kualitas yang bisa meneruskan Tri Rismaharini sebagai wali kota.
"Saya dan alumni pesantren yang ada di Surabaya akan memenangkan dan siap memperjuangkan Pak Machfud Arifin menjadi Wali Kota Surabaya," ujarnya, Kamis (28/5).
Sofyan mengaku, Machfud Arifin merupakan sosok yang tepat menjadi suksesor Tri Rismaharini.
Kepeduliannya kepada wong cilik dan pengalaman manajerial yang mumpuni selama menjadi Kapolda tiga kali, menjadi modal penting yang tidak dimiliki orang lain.
"Jaringan bagus, pengalaman oke, kepedulian kepada masyarakat tinggi. Maka Pak Machfud kami nilai sangat pantas," terangnya.
Kepada Machfud, Sofyan mengeluhkan tentang sulitnya mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat selama ini di Surabaya.
Seperti yang terjadi saat ini, ketika para santri kembali ke ponpes membutuhkan surat pernyataan bebas Covid-19 dan dilakukan rapid test.
Namun kenyataan di lapangan, para santri ini kesulitan mengakses rapid test sehingga mereka kesulitan untuk kembali ke pesantren.
Baca Juga : Bantu Mahasiswa Luar Surabaya di Tengah Pandemi, Machfud Arifin Dipuji Sosok Filantropi
"Para santri ini butuh keterangan bebas Covid-19, kita butuh dibantu untuk mendapatkan surat keterangan itu, juga perlu rapid test. Tapi akses untuk rapid test susah, begitu juga untuk mendapatkan surat keterangan bebas Covid,” jelasnya.
Sementara itu, Machfud Arifin mengaku sering mendapatkan keluhan dari beberapa orang tua yang anaknya mondok di pesantren.
Salah satunya adalah para orang tua ingin dibantu rapid test terhadap anaknya yang hendak kembali ke pesantren usai libur Ramadan.
Mantan Kapolda Jawa Timur ini menjelaskan, setiap santri harus membawa surat keterangan medis berupa negatif Covid-19.
Sayangnya untuk bisa rapid test, orang tua santri harus keluar uang dan ini sangat memberatkan.
"Kalau anaknya dua, berapa biaya kesehatan yang dikeluarkan. Saya sebagai masyarakat sudah bantu transportasi ke sana, tapi karena saya bukan dokter, maka untuk rapid test ini harus dilakukan oleh petugas medis," ucapnya.
Menurutnya, sebagai penduduk Surabaya mereka semua memiliki hak dasar dan hak layanan kesehatan.