Jawa Timur (Jatim) khususnya Kota Surabaya menjadi sorotan pemerintah pusat saat ini. Pasalnya, hingga saat ini dinilai belum berhasil mengendalikan laju penambahan Covid-19.
Penambahan Covid-19 di Kota Surabaya belakangan ini bahkan melampaui Ibu Kota Indonesia, Provinsi Jakarta. Bahkan pernah dalam sehari penambahan kasus di Surabaya hingga tembus 300 kasus lebih perhari.
Baca Juga : PSBB Malang Raya Cukup Sekali, Persiapkan Masa Transisi 7 Hari Sebelum New Normal
Saat ini jumlah positif Covid-19 di Surabaya sendiri tembus 2.216 kasus. Terakhir pada Rabu (27/5/2020) ada penambahan 98 kasus.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi menyebut, kota yang dipimpin Wali Kota Tri Rismaharini ini bisa menjadi seperti Wuhan.
“Ini tidak main-main. Kalau kita tidak hati-hati, maka Surabaya bisa menjadi Wuhan. Hati-hati betul, harus tepat betul penanganannya,” ujar Joni di Surabaya, Rabu (27/5/2020) kemarin.
Kewaspadaan tersebut disampaikan Joni, mengingat dalam hitungan para ahli secara epidemiologis, transmission rate di Surabaya sudah mencapai 1,6.
Menurutnya, kasus di Surabaya ini sudah tidak bisa main-main lagi. "Grafik terakhir menunjukkan, 64 persen lebih masalah Covid-19 itu ada di Surabaya Raya,” tegasnya.
Sementara itu tak lama sebelumnya ramai di lini masa tweet dari dr. Aditya Cakasana Janottama yang bertugas di RS Royal Surabaya. Dia melemparkan kritik terhadap bobroknya penangan Covid-19 di Surabaya selama ini.
Menurut dia sama sekali tak ada bantuan yang diberikan oleh Pemkot Surabaya terhadap rumah sakitnya. "Sejauh yang saya tahu baru ada 1 ventilator ke RS Husada Utama. Ke RS lain tidak tahu, ke RS saya tidak ada," ujarnya.
Kemudian Aditya menunjukkan sebuah surat edaran dari Dinkes Pemkot Surabaya. "Kita dapat edaran ginian. Tapi gak dibantu sama sekali dari pemkot. Dapetnya cuma dari pemprov," lanjut dia.
Aditya menerangkan yang diurusi oleh Pemkot Surabaya kadang malah tidak urgent atau penting. Seperti mengcounter isu dari sebuah akun media sosial yang tidak jelas pemiliknya siapa.
Namun tak lama kemudian Aditya merevisi statementnya. Bahwa ada yang diberikan bantuan oleh Pemkot Surabaya selama ini. "Yang dikasih pemkot yaitu, telor rebus sama wedang jahe," tegasnya.
Baca Juga : Kabar Baik, Usai Lebaran Tidak Ada Penambahan Kasus Positif Covid-19 di Kabupaten Blitar
Lanjutnya, bantuan tersebut sangat tidak layak. "Gue di sini ngadepin pasien Covid beneran lo cuma dikasih gituan," imbuhnya.
Namun tak berselang lama Tweet dari Aditya tersebut ada sebuah akun anonim menggunakan nama PartaiSocmed membantah keterangan dari Aditya. PartaiSocmed ini adalah akun media sosial yang diduga Buzzer dan memberikan pembelaan terhadap Wali Kota Risma sebelumnya ketika terjadi perseteruan dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Akun tersebut secara terang-terangan menyindir Aditya. "Entah atas kesadaran sendiri atau intruksi siapa. Tiba2 dokter Aditya C Janottama ini membuat thread yg membabi buta menyerang Pemkot Surabaya sambil memuji2 Pemprov Jatim," tulisnya.
Akun tersebut kemudian menunjukkan adanya bukti bantuan dari Pemkot Surabaya ke RS Royal Surabaya. Dan anehnya sekelas media sosial bisa memiliki surat tanda terima bantuan dari Pemkot Surabaya ke rumah sakit yang diduga asli.
"Ini salah satu tanda terima bantuan APD dari Pemkot Surabaya ke RS Royal Surabaya. Tempat dokter Aditya C Janottama berkerja. Tuduhan pertama terbukti hoax," tulisnya.
Dalam surat tersebut tertulis bantuan yang diberikan oleh Pemkot Surabaya dan tidak banyak. Yaitu, baju APD 10 buah, face shield 10 buah, sepatu boot 1 pasang, dan shoe cover 1 pasang.