Sekitar 40 warga Negeri Matahari Terbit atau Jepang, sore ini (14/9/2019), nampak memadati Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukun.
Berpakaian serba hitam dengan kombinasi putih, mereka menuju sebuah tugu yang dibuat sekitar tahun 1982 dan dinamai Monumen Jepang.
Satu persatu warga Jepang maju dan melakukan penghormatan dengan menundukan kepala di hadapan Monumen Jepang sebagai simbolis penghormatan mereka terhadap para tentara maupun warga Jepang yang dulunya meninggal di Indonesia, khususnya di Kota Malang.

"Ini rutin kami lakukan setiap tahunnya. Bukan hanya menghormati atau menghargai para tentara Jepang yang gugur di sini, tapi kami juga berdoa untuk warga Jepang lainnya yang juga meninggal disini," ungkap Tani Masaki, Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya (14/9/2019)
Lanjutnya, selain melakukan upacara penghormatan terhadap tentara maupun warga Jepang yang meninggal di Indonesia, diakui Tani Masaki, hal ini juga merupakan upaya silaturahmi warga ke Jepang ke Indonesia guna membangun sebuah hubungan persaudaraan warga Indonesia dengan warga Jepang.
"Kami selalu mengenang sejarah, kami juga selalu mengelorakan perdamaian, persaudaraan Indonesia dan Jepang. Dan kami tak melupakan sejarah," ujarnya usai upacara penghormatan.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Pemakaman Umum (PPU), Takroni Akbar, mengaku begitu terkesan dengan warga Jepang.
Pasalnya mereka tetap mengingat sejarah serta tetap mau untuk menyisihkan waktu demi menghormati tentara maupun warga Jepang yang gugur di sini.

Mulai dari kawasan Banyuwangi, Probolinggo, Jember semua warga Jepang, berkumpul di Kota Malang untuk melakukan upacara penghormatan.
Sementara, selain di Kota Malang, upacara penghormatan juga dilakukan di Surabaya.
"Memang patut diteladani, nasionalisme mereka. Mereka setiap tahunnya mau kesini mendoakan para leluhurnya yang gugur dengan memberikan penghormatan. Bahkan dalam melakukan upacara juga sangat khusuk, tanpa ada satupun yang berbicara. Hal-hal positif ini perlu dicontoh," pungkasnya.
Mengenai monumen Jepang, berawal dari makam yang dibangun pada masa Pendudukan Jepang (1942-1945) kompleks makam TPU Nasrani Sukun.

Makam itu digunakan sebagai pemakaman bagi bala tentara Jepang yang meninggal di Malang dan dimakamkan di TPU tersebut.
Sebagai bentuk penghargaan terhadap mereka, puluhan tentara Jepang yang gugur yang jumlahnya banyak, namun terdata hanya sekitar 50-an orang, dibangunkan sebuah Monumen Jepang pada tahun 1982 di ujung kompleks makam.
Pada monumen tersebut, juga tertulis kata-kata dalam bentuk huruf kanji Jepang dan juga ditulis dalam bahasa Indonesia dengan kata-kata.
"Beristirahatlah dengan tenang di Kota Malang yang indah dan tentram. Dalam kandungan negara sahabat Indonesia dan Jepang tetap damai dan makmur".