Kafe Pustaka Siap 'Mberot Intelektual', Kembali Bawa Semangat Ngopi Sambil Membangun Literasi
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Nurlayla Ratri
06 - Nov - 2024, 01:08
JATIMTIMES - Kafe Pustaka kembali hadir di Kota Malang dengan wajah baru namun tetap mempertahankan visinya sebagai ruang untuk berbagi literasi. Acara reloaded opening kafe ini dilangsungkan pada Selasa, 5 November 2024 di alamat barunya, yaitu di Jl. Pekalongan No. 1, Kota Malang, menggantikan lokasi sebelumnya di dalam kampus Universitas Negeri Malang (UM).
David Ardyanta, pengelola Kafe Pustaka, mengungkapkan bahwa meskipun berpindah lokasi, Kafe Pustaka tetap membawa misi yang sama. “Kafe ini adalah ruang dan rumah bagi teman-teman semua untuk komunitas apa saja. Di sini, kita bisa mengadakan diskusi, sarasehan, seminar, dan kegiatan lainnya secara gratis,” ungkap David kepada JatimTIMES, Selasa (5/11) malam.
Baca Juga : New Honda Scoopy Generasi Terbaru Siap Mencuri Perhatian Pecinta Skutik Unik dan Fashion
Kafe Pustaka telah menjalankan misinya selama sembilan tahun sebagai tempat berkumpulnya berbagai komunitas dari dalam maupun luar kampus. Menurut David, perpindahan lokasi ini tidak akan mengubah segmentasi pengunjung, yang terdiri dari mahasiswa, komunitas literasi, dan masyarakat umum.
“Ketika Kafe Pustaka masih di dalam kampus, visi misi kita adalah merangkul semua komunitas, termasuk komunitas dari luar kampus,” jelas David.
Suasana reloaded opening Kafe Pustaka. (Foto: Nurlayla Ratri/Jatimtimes)
Ke depannya, Kafe Pustaka akan terus menjadi wadah bagi berbagai komunitas untuk berbagi literasi, pemikiran dan kreativitas tanpa bahltas. Bahkan agenda terdekat, 10 November 2024 nanti, sudah ada komunitas yang akan menggelar diskusi puisi di Kafe Pustaka.
Dalam orasi budaya yang disampaikan pada acara pembukaan Kafe Pustaka, Guru Besar Satra Indonesia UM Prof Dr Djoko Saryono MPd menekankan pentingnya ruang bebas seperti kafe untuk melahirkan pemikiran dan kebudayaan yang inovatif.
“Zaman ini berubah cepat, dunia berlari tunggang langgang,” ujarnya.
Djoko mengingatkan bahwa perubahan yang melesat ini harus diimbangi dengan ruang untuk memikirkan kembali tradisi, salah satunya melalui "mberot", sebagai sebuah konsep kebebasan dalam berkesenian yang populer di Malang...