Abdullah bin Abbas, Sepupu Nabi yang Rela Tidur di Emperan Rumah Untuk Mencari Ilmu
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
A Yahya
19 - Jun - 2024, 06:31
JATIMTIMES - Kisah Abdullah bin Abbas menjadi satu kisah yang patut diteladani, khususnya para pelajar. Meski dari kalangan terpandang dan terhormat, sosoknya sangat memahami bahwa ilmu merupakan hal penting. Bahkan, untuk mendapatkan ilmu, ia tak segan dan rela untuk tidur di emperan rumah hanya untuk bisa belajar dan mendapatkan ilmu bermanfaat.
Meskipun Abdullah juga merupakan sepupu Rasulullah SAW, namun sosoknya juga begitu rendah hati dan tidak menunjukkan rasa sombong. Sejak kecil, Abdullah sangat tertarik dengan ilmu.
Baca Juga : Imam Besar Masjid Nabawi Ingatkan Bahayanya Dosa Kecil yang Menumpuk
Dalam Kitab Kisah-Kisah Sahabat yang ditulis Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi, dijelaskan, bahwa karena semangatnya dalam menggali ilmu, sosoknya sampai dijuluki Hibrul Ummah (Pakar Umat) dan Bahrul Ilmi (Samudra llmu).
Satu ketika, Abdullah bin Abbas bercerita, dimana setelah wafatnya Rasulullah, masih banyak sahabat yang berada diantaranya. Ketika itu, Abdullah berbicara kepada seorang laki-laki Anshar. Ia kemudian mengajak untuk menemui mereka dan bertanya perihal masalah agama dan menghafalkannya.
Laki-laki Anshar ini kemudian berkata, "Apakah orang-orang akan datang kepadamu untuk menanyakan masalah agama, sedangkan sebagian besar sahabat masih hidup ?". Sampai akhirnya, laki-laki Anshar ini kemudian berkata dengan perkataan yang arahannya tidak bersedia untuk mengikuti perkataan Abdullah.
Merespon hal ini, Abdullah kemudian berkata, "Aku pun terus mencari ilmu-ilmu agama. Jika aku mengetahui bahwa seseorang telah mendengar satu hadits dari baginda Rasulullah SAW, aku langsung mendatangi dan menanyakannya. Aku mendapatkan khazanah ilmu yang sangat banyak dari Kaum Anshar."
Kemudian, Abdullah berkata, bahwa sebagian sahabat yang ia kunjungi, ketika dilihatnya tengah tidur, maka Abdullah akan menghamparkan kain untuk duduk disamping pintu rumah sahabat tersebut. Meski dalam kondisinya ia harus penuh dengan kotoran.
"Sebagian sahabat yang aku datangi, jika aku tahu dia sedang tidur, maka aku menghamparkan kain untuk duduk di samping pintu rumahnya, walaupun wajah dan tubuhku kotor oleh debu yang dihembuskan angin, aku tetap menunggu. Setelah ia bangun, aku menyampaikan apa yang hendak aku ketahui," katanya...