Janji Pemprov Jatim di Hari Buruh Internasional: Siap Bangun Taman Monumen Marsinah di Nganjuk
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Dede Nana
03 - May - 2024, 02:10
JATIMTIMES - Pada peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day 2024, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) menyatakan komitmennya untuk merealisasikan pembangunan Taman Monumen Marsinah di Kabupaten Nganjuk. Janji ini disampaikan oleh Penjabat Gubernur Jatim Adhy Karyono dalam acara perayaan May Day 2024 di depan Kantor Gubernur Jatim Jalan Pahlawan Surabaya pada Rabu (1/5/2024).
"Bersama Pemerintah Kabupaten Nganjuk, kami menyanggupi untuk membangun kawasan Patung Marsinah yang sudah ada sebagai monumen bagus dengan taman indah,” ujar Adhy Karyono.
Baca Juga : Raden Kartowibowo: Pahlawan Terlupakan dalam Sejarah Pendidikan Indonesia
Menurut Adhy, meskipun patung Marsinah telah berdiri di Nganjuk, namun belum dilengkapi dengan taman yang memadai. "Patungnya sudah ada di Kabupaten Nganjuk tapi kelihatannya tidak terawat dan belum ada tamannya," ujarnya.
Dengan pembangunan taman di sekitar monumen, diharapkan akan memberikan suasana yang lebih layak dan menarik bagi pengunjung. Adhy Karyono juga menyebut bahwa setelah dibangun, Taman Monumen Marsinah akan menjadi salah satu destinasi wisata di Jawa Timur.
"Nantinya bisa menjadi salah satu destinasi yang akan mengingatkan bahwa perjuangan oleh Marsinah itu merupakan peristiwa yang perlu menjadi evaluasi kita untuk kesejahteraan buruh," katanya.
Diharapkan dengan pembangunan Taman Monumen Marsinah ini, akan semakin memperkokoh semangat perjuangan dan mengenang jasa para pejuang buruh dalam memperjuangkan hak-haknya.
Marsinah: Simbol Perjuangan dan Korban Ketidakadilan dalam Sejarah Buruh Indonesia
Marsinah, seorang pahlawan buruh lahir di Kabupaten Nganjuk pada tanggal 10 April 1969, menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan di era Orde Baru. Berjuang tidak hanya sebagai seorang pekerja pabrik, dia juga aktif sebagai seorang aktivis yang menentang eksploitasi dan penindasan terhadap buruh.
Namun, keberaniannya membawa konsekuensi tragis. Pada suatu hari, Marsinah diculik saat bekerja di PT Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo. Tiga hari berlalu sebelum dia ditemukan tewas di hutan Wilangan pada tanggal 8 Mei 1993. Tubuhnya dilapisi oleh bekas-bekas penyiksaan yang mengerikan, mengungkap kekejaman yang dialaminya sebelum akhirnya meninggal.
Dua individu yang terlibat dalam otopsi jenazah Marsinah, Haryono dari RSUD Nganjuk dan Prof...