Dosen Ini Temukan Inovasi Alat Pendeteksi Penyakit DBD Memanfaatkan AI
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Yunan Helmy
10 - Apr - 2024, 10:32
JATIMTIMES - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjadi salah satu penyakit yang banyak menyebabkan kematian. Meski begitu, dalam pendeteksian atau diagnosis secara dini, banyak masyarakat yang mengalami kesulitan. Sebab, gejala DBD mirip dengan dengan gejala penyakit lain.
Keterlambatan dalam diagnosis kemudian justru berujung fatalitas bagi penderitanya. Namun, inovasi temuan dari Dr Ahmad Fahrudi Setiawan SKom MT, dosen Teknik Informatika Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) ini, menjadi solusi mudah untuk pendeteksian DBD secara dini. Pendeteksian DBD ini menggunakan artificial inteligence berbasis digital image processing pada apusan darah.
Baca Juga : Bukan Penyakit, Begini Cara Menangkal 'Ain Menurut Quraish Shihab
Selama ini, banyak anak yang terkena demam berdarah underdiagnosis atau diketahui namun telah masuk dalam masa kritis. Dokter pun biasanya mendiagnosis demam berdarah berdasarkan tes darah lengkap di rumah sakit atau laboratorium.
Tetapi, diagnosis harus dilakukan pada hari ketiga atau setelahnya. Di sisi lain, pada hari keempat demam, penderita bisa mengalami masa kritis yang bisa berakibat fatal.
“Sebenarnya tes demam berdarah sudah ada yang bagus, seperti tes NS1 anti-dengue berdarah dan tes Igm-IgG anti-dengue. Sayangnya, dokter di Indonesia jarang menggunakan tes ini. Selain mahal, alat ini tidak tersedia di layanan kesehatan," kata Ahmad Fahrudi.
Maka dari itulah, Ahmad Fahrudi berinovasi menciptakan alat deteksi demam berdarah yang bisa mendeteksi demam kapan saja atau pada hari keberapa pun dapat digunakan. Akurasinya tinggi. Akurasinya pun mendekati pemeriksaan NS1 anti-dengue. Kian membantu lantaran harganya juga terjangkau serta dapat diterapkan di seluruh layanan kesehatan.
Inovasi ini dibuat dengan mengumpulkan sampel darah dari ratusan suspeks DBD. Ada yang positif dan ada juga yang negatif. Data-data tersebut didigitalkan ke dalam komputer dan kemudian fitur-fiturnya diekstraksi menggunakan beberapa algoritma pengolahan citra digital.
Data yanga digitalisasi seperti jumlah trombosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit, jumlah immature platelet, dan jumlah limfosit plasma biru. Kemudian, datanya disimpan di komputer cloud. Kemudian, menggunakan kontrol tes untuk mengetahui status positif atau negatif. Dalam hal ini digunakan NS1 anti-dengue dan IgM-IgG anti-dengue...