Mengintip Hubungan Dekat Pangeran Sambernyawa dan Raden Mas Garendi di Geger Pecinan
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
17 - Sep - 2023, 02:23
JATIMTIMES - Nama Raden Mas Said dikenang dalam sejarah setelah ia bergabung dengan Pangeran Mangkubumi. Koalisi dua bangsawan Mataram ini benar-benar membuat pasukan gabungan Keraton Surakarta dan Belanda keteteran.
Selama 16 tahun, Raden Mas Said terlibat dalam 250 pertempuran melawan pasukan gabungan Keraton Surakarta dan Belanda.
Baca Juga : Nasi Goreng, Tempe Orek hingga Capcai Jadi Hidangan Tumis Terbaik Dunia versi TasteAtlas
Raden Mas Said adalah pangeran pemberontak. Ia sangat mahir strategi perang dan sulit dikalahkan meskipun tubuhnya pendek. Said kemudian lebih sering dipanggil Pangeran Sambernyawa, julukan yang diberikan Belanda karena ia dianggap sebagai penebar maut (penyambar nyawa) bagi siapa saja musuhnya pada setiap pertempuran.
Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa merupakan Jawa ningrat yang dendam kepada Mataram karena konflik kerajaan. Ayah Said, yakni Pangeran Arya Mangkunegara (putra Amangkurat IV), dibuang VOC ke Srilanka akibat konflik kekuasaan.
Perang panjang antara Mangkubumi-Raden Mas Said dengan Surakarta-Belanda ini berakhir dengan Perjanjian Giyanti 1755 yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, yakni Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Mangkubumi mendapat wilayah Yogyakarta dan menjadi penguasa pertama dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I.
Namun tak banyak yang tahu, sebelum mengibarkan Perang Suksesi Jawa III dan belum menyandang gelar Pangeran Sambernyawa, Raden Mas Said adalah salah satu bangsawan yang ikut terlibat dalam pemberontakan Geger Pecinan yang dipimpin Raden Mas Garendi. Raden Mas Said dan Raden Mas Garendi adalah bangsawan Mataram yang sama-sama memberontak tapi berbeda nasib.
Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning adalah putra bungsu Pangeran Teposono. Cucu Amangkurat III ini lahir pada tahun 1726. Sejak kecil, kehidupan Garendi sudah diwarnai dengan politik berdarah. Selain kakeknya yang dibuang jauh ke Srilanka, ayahnya Pangeran Teposono dihukum mati Pakubuwono II karena dicurigai akan melakukan pemberontakan. Hukuman mati untuk Teposono ini jelasnya berlangsung sebelum tahun 1740.
Setelah ayahnya meninggal dunia dan dimakamkan di Setono Gedong Kediri, paman Raden Mas Garendi yaitu Wiramenggala menyelamatkan keponakannya dan melarikan diri meninggalkan istana Mataram di Kartasura. Garendi lalu memimpin pemberontakan Geger Pecinan (1740-1743) dengan pasukan gabungan Laskar Jawa-Tionghoa...