10 Nasehat Ali Bin Abi Thalib kepada Putranya tentang Kehidupan
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
25 - Jul - 2023, 03:01
JATIMTIMES - Ulama Indonesia, Prof. Quraish Shihab pernah membahas tentang sepucuk surat, berisi nasihat Sayyidina Ali bin Abi Thalib kepada anaknya, Hasan bin βAli bin Abi Thalib.
Melansir cuitan akun Twitter @BincangSyariah, sepucuk surat berisi nasehat itu ditulis Ali Bin Abi Thalib saat Hasan masih muda atau sekitar berusia 35-36 tahun.
Baca Juga : Relawan Target Dirikan Seribu Rumah Anies di Surabaya
Menurut Prof. Quraish Shihab, surat ini ditulis oleh Sayyidina Ali setelah terjadinya perang Shiffin (37 H). Sebelum surat ini dikirim ke Hasan bin Abi Thalib, Sayyidina Ali merenungkan kemudian berkata βSebenarnya aku tak mau memperhatikan orang lain selain diri sendiri. Tapi, aku sadar, wujudku tak lama lagi. Setelah aku tiada, hanya engkau anakku yang akan menjadi tumpuan hidupku. Kau adalah diriku, maka aku tulis surat iniβ.
Selanjutnya Ali Bin Abi Thalib juga mengatakan kepada Hasan bin Ali bin Abi Thalib bahwa βEngkau adalah diriku, terimalah nasihatku".
Dalam penjelasannya, Prof. Quraish menyebutkan jika gaya bahasa surat Ali kepada putranya Hasan terlalu indah dan megah. Berikut ini 10 isi nasehat dalam sepucuk surat tersebut:
1. Wahai anakku, hidupkanlah dirimu dengan nasihat. Padamkanlah nafsumu dengan zuhud dan keyakinan. Terangilah hatimu dengan hikmah dan selalu ingat kematian dalam segala aktivitasmu. Jika bertemu kawanmu, tunjukan padanya aneka petaka yang serba dadakan di dunia.
Peringatkan padanya, keburukan akan terjadi pada pergantian siang dan malam. Ingatkanlah hatimu.
2. Paparkan dalam benakmu sejarah generasi masa lalu dan ingatkan dalam benakmu tentang orang-orang terdahulu. Jelajahi pemukiman dan peninggalan mereka dan renungkan apa yang mereka lakukan.
3. Wahai anakku, janganlah kau beli duniamu dengan akhiratmu. Hindarilah berucap menyangkut apa yang engkau tidak ketahui atau berbicara yang bukan urusanmu.
4. Wahai anakku, jangan kau telusuri jalan yang enggan untuk menelusurinya, ikutilah jalan yang pasti. Ketahuilah, sesungguhnya berhenti pada kebingungan tersesat lebih baik daripada mengarungi bahaya dalam kesesatan.
5. Wahai anakku, sesungguhnya semua amalan yang aku sukai darimu ialah bertaqwa kepada Allah. Kerjakan segala yang wajib terlebih dahulu, baru kau amalkan semua sunahnya. Teladani orang-orang shalih dan para leluhur dari kerabatmu.
6. Wahai anakku, jadikanlah dirimu neraca antara dirimu dan selainmu...