Perjuangan Nenek Sebatang Kara Usia 83 Tahun Saat Berjuang di Tengah Terjangan Banjir Sitiarjo
Reporter
Ashaq Lupito
Editor
Dede Nana
16 - Oct - 2022, 03:03
JATIMTIMES - Yoreni, nenek sebatang kara yang tinggal di RT 48, Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Sumawe), Kabupaten Malang hanya bisa pasrah saat rumahnya diterjang banjir setinggi 1,5 meter, Sabtu (15/10/2022).
Saat kejadian, nenek 83 tahun itu tak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan diri. Namun untungnya, rumah tempat tinggal Yoreni memiliki pondasi setinggi 1 meter. Sehingga air banjir yang masuk ke dalam rumahnya hanya setinggi setengah meter.
Baca Juga : Djoni Sudjatmoko Tak Ingin HPN Terlalu Berpolitik: Cukup 10%
Hal itulah yang setidaknya bisa membuat nenek renta tersebut masih bisa bertahan hidup di tengah kepanikan warga yang sibuk menyelamatkan diri dan mengemasi berbagai barang berharganya masing-masing.
Ketika di temui Jatim Times, Yoreni tidak kuasa melihat rumahnya yang berukuran sekitar 5 x 8 meter itu dipenuhi material banjir berupa lumpur dan air. Dia hanya terdiam menunggu belas kasihan tetangganya yang sebenarnya juga tak bisa berbuat banyak. Beruntungnya, ada anak bungsunya yang membantu menenangkan dirinya usai banjir mulai surut. Dia adalah Yunik Yarwati.
Dengan didampingi anaknya yang kini berusia 48 tahun tersebut, Yoreni menceritakan kondisinya pasca tragedi banjir melanda. "Ini anak ragil (bungsu) saya. Anak saya yang satunya ada di Jakarta," kata Yoreni yang disampaikan melalui anaknya yakni Yunik saat ditemui di kediamannya.
Diceritakan Yoreni, sejak Sabtu (15/10/2022) dini hari, di kampungnya sedang diguyur hujan. Ketika itu, dia masih belum menduga jika akan terjadi banjir. Hingga akhirnya, pada pagi harinya, nenek sepuh itu mendapat kabar jika sungai yang ada di kampungnya mulai meluap. Di saat itulah, dia mulai panik.
"Tadi malam itu, pas tengah malam sekitar jam 12.00 WIB hujan. Hujannya awet sampai jam 10 pagi. Terus sungainya langsung meluap," keluhnya.
Tidak lama kemudian, luapan sungai tersebut luber hingga menerjang ratusan rumah warga. Termasuk tempat tinggal Yoreni. "Saya dapat kabar kalau sungai sudah banjir, kan warga bisa tahu karena lihat HP (handphone). Mereka (tetangga) langsung menyelamatkan diri," katanya dengan menggunakan campuran bahasa jawa halus.
Sedangkan Yoreni, saat itu hanya bisa pasrah saat banjir menerjang kampungnya. Maklum saja, di usianya yang sudah senja dan kondisi badan yang sudah bungkuk membuatnya tidak leluasa untuk menyelamatkan diri
Jangankan berlari mencari tempat aman...