Diduga Ada Kongkalikong Pajak dengan Pengusaha, Pemkot Surabaya Didemo
Reporter
M. Bahrul Marzuki
Editor
Nurlayla Ratri
09 - Oct - 2020, 01:16
Pemkot Surabaya didemo oleh puluhan pemuda, Kamis (8/10). Mereka mengatasnamakan dirinya dari Komunitas Peduli Aset Negara (KOMPAN).
Awalnya massa KOMPAN menggelar demo di dekat kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Pemkot Surabaya. Mereka meminta ada transparasi data tentang perusahaan yang menunggak pajak retribusi.
Baca Juga : Ganjar Pranowo Temui Pendemo Anak SMK, Ngaku Ikut-ikutan dan Tidak Ngerti Maksudnya
Kemudian, sekitar lima orang dari perwakilan demo dipersilahkan masuk ke kantor Dispenda. Tak sampai satu jam perwakilan dari pendemo ini kemudian keluar. Mereka menyampaikan jika pimpinan Dispenda tak berkenan memberikan data yang diminta.
"Kami diminta agar berkirim surat ke wali kota bu Risma. Karena harus ada izin dari wali kota," terang Andi selaku korlap aksi.
Karena tak mendapat jawaban, pendemo ini pun kemudian berniat menemui wali kota secara langsung. Namun, niat mereka tidak kesampaian karena dihadang Satpol PP yang berjaga.
Tak diberi izin menemui wali kota, para pendemo langsung memilih melakukan Long March ke kantor Advertising Warna-Warni di Jalan Panglima Sudirman yang tak jauh dari kantor pemkot. Alasannya, Warna-Warni adalah salah satu kantor perusahaan yang diduga menunggak pajak.
Namun sayang, di sana para pendemo ini tak diterima. Kantor Advertising Warna-Warni memilih menutup pagar dan menggemboknya.
Meski demikian ini tak menghalangi para pendemo melakukan aksi. Mereka di sana tetap melakukan orasi serta membentangkan poster berisi tulisan.
Setelah sekitar satu jam melakukan aksi, para pendemo memilih menaruh poster mereka di pagar kantor Warna-Warni.
Ditemui usai aksi, Andi menyampaikan jika saat ini sedang musim pilkada. "Banyak pajak baliho yang kita pertanyakan ke pemkot tadi. Bagaimana pajak baliho dan lainnya. Itu yang jadi permasalahan kita," ujarnya.
Baca Juga : Swalayan El Malik Sumenep Terbakar, Diduga Akibat Korsleting Listrik
Menurut dia, itu akan menjadi hal yang riskan. "Padahal di luar banyak orang yang tak bisa makan karena pandemi ini," lanjutnya...