Siswa Tuna Grahita di Lamongan Lihai Bermain Musik Gamelan

Reporter

Ardiyanto

Editor

Redaksi

24 - Oct - 2015, 10:32

Shevierra Danmadyah dan Fina Naururrohmah, siswi kelas XII SMA-N 2 Lamongan. (Foto: Ardiyanto/LamonganTIMES)


JATIMTIMES, LAMONGAN - Bagi orang dengan kondisi normal, adalah wajar lekas menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru. Tentu merupakan kendala krusial apabila mengajari anak penyandang tuna grahita.

Akan tetapi, bagaimana kalau penabuh Saron adalah para tuna grahita? Tentu tak terbayangkan mereka memainkan nada sementara mereka tidak memiliki kecerdasan seperti anak normal? Lalu juga bagaimana pula mereka yang tuna grahita mampu menyanyikan langgam jawa Cublak-cublak suwen?

Padahal, anak penyandang tuna grahita memiliki tingkat emosi yang tidak stabil. Karakteristik emosi-emosi negatif seperti depresi, bersikap dingin, menyendiri, tidak percaya diri, impulsive, dan perasaan takut, marah, serta benci.

"Kadang emosi mereka juga tidak stabil, mereka dengan tiba-tiba marah-marah sendiri. Kadang mereka kurang percaya diri," ungkap Fina Naururrohmah siswi kelas XII di SMA-N 2 Lamongan.

Memang tuna grahita tidak memiliki kematangan emosi. Namun emosi-emosi mereka tak hanya terbatas pada emosi negatif tetapi emosi yang positif. Kesemua itu, tampak pada anak tuna grahita yang mereka latih bermain Saron.

Lalu bagaimana mengajari anak yang memilki keterbatasan intelegensi tersebut. Kesabaran, ketekunan dan niat mulia membantu mereka untuk bisa hidup selayaknya anak-anak normal menjadi motivasi dua gadis manis, Fina Naururrohmah dan Shevierra Danmadyah. "Menghadapi anak tuna grahita itu sulit," kata Shevierra .

Keduanya, menyajikan lingkungan bersifat positif terhadap mereka. Sehingga mereka lebih mampu menunjukkan emosi-emosi yang positif. "Kami merasa ingin membantu meraih impiannya sama seperti anak normal," ucapnya tulus.

Fina dan Sevia ada di belakang mereka, melatih para tuna grahita berusia 7-12 tahun. Keduanya menyadari mengambil peran yang tidak mudah. Namun dengan keyakinan dan ketekunan, mereka menjalaninya dengan sabar. "Mereka menghapal pelan-pelan," sambung Shevierra.

Melatih anak tuna grahita untuk menabuh Saron melalui ketukan memang tak mudah. Ia mengatakan harus mengajarinya dengan pelan-pelan, 7 bulan adalah waktu supaya mereka memainkan Saron  dengan baik. "Prosesnya lama, tujuh bulanan kalau tidak salah," sebutnya.

Mereka awalnya hanya mengayunkan pemukul ke lempengan-lempengan gamelan beraneka bunyi. Saron dipukul tanpa tangan kiri memencet wilahan atau lembaran logam yang dipukul. Padahal, dengan tangan kanan memukul wilahan tangan kiri harus memencet wilahan untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan nada. "Cara memainkannya lebih mudah," jelasnya.

Demikian pula untuk pemilihan lagu. Cublak-cublak suweng ciptaan Sunan Giri dipilih keduanya karena memiliki tangga nada yang mudah diingat. "Kita mencari not yang mudah diingat oleh anak tuna grahita...

Baca Selengkapnya


Topik

Pendidikan, Saron, Tunagrahita,



Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Indonesia. Sektor industri, perdagangan, dan pariwisata menjadi pilar utama perekonomian Jatim. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

cara menyimpan tomat
memilih model baju kerja wanita
harga gabah shio 2025
Cincin anniversary bukan sekadar perhiasan - ia adalah simbol yang menceritakan perjalanan cinta yang telah dilalui bersama. Mari kita dalami bagaimana Tips Memilih Wedding Anniversary Ring yang tepat untuk moment spesial Anda.

cara simpan tomat
Tips Memilih Bralette