JATIMTIMES - Hari pertama sekolah seringkali menjadi momen penuh warna, ada kecanggungan, semangat, dan harapan yang belum sempat diucapkan. Begitu pula yang tampak di MTsN 2 Kota Malang. Sebanyak 277 siswa baru dari kelas VII melangkah ke gerbang madrasah dengan seragam rapi dan tatapan yang masih mencari arah.
Di sinilah Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (MATSAMA) yang berlangsung hingga Jumat, 18 Juli 2025 memainkan perannya, bukan hanya sebagai pengantar formal ke dunia sekolah, melainkan sebagai ruang transisi yang sarat makna.
Baca Juga : MATSAMA MAN 1 Kota Malang: Tanamkan Nilai Positif Sejak Hari Pertama Sekolah
MATSAMA tahun ini mengangkat tema yang tak biasa: “Cinta Madrasah, Cinta Indonesia”. Sebuah seruan moral yang melampaui ruang kelas, menanamkan gagasan bahwa cinta terhadap ilmu, tanah air, dan Tuhan bisa tumbuh beriringan di ruang-ruang madrasah.
Tema ini menjadi benang merah seluruh rangkaian kegiatan: bagaimana siswa tidak hanya mengenal madrasah secara fisik, tetapi juga menyerap jiwanya. Lebih dari itu, MATSAMA, diposisikan sebagai tahap awal pembentukan jati diri pelajar madrasah, membentuk karakter, membangun koneksi sosial, dan mengenalkan nilai-nilai kehidupan yang menjadi ruh dari pendidikan Islam.

Kepala madrasah, Mokhammad Amin Tohari, S.Ag., M.Pd.I, dalam amanat pembukaannya memilih kata-kata yang menyentuh hati daripada sekadar instruksi teknis. Ia berbicara tentang pentingnya mengenal lingkungan, menemukan teman yang tepat, dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap tempat belajar.
“Memilih teman itu seperti memilih masa depan,” ucapnya, saat ditemui di MTsN 2 Kota Malang, Selasa, (15/7/2025). Kalimat itu sederhana, namun menyentuh. Di usia remaja, pertemanan bisa menentukan banyak hal, gaya belajar, kebiasaan, bahkan arah cita-cita.
Tak kalah penting, Amin Tohari juga menekankan bahwa madrasah ini mengusung semangat MATSAMA yang clean, green, and peaceful. Sebuah filosofi yang lahir dari komitmen madrasah sebagai sekolah adiwiyata yang menjadikan lingkungan sebagai ruang belajar terbuka. Kebersihan, kehijauan, dan kedamaian bukan hanya dipajang di spanduk atau diucapkan di apel, melainkan dihidupkan dalam keseharian.
Sejak hari pertama, siswa diajak memilah sampah plastik, menanam bibit tanaman, dan menjaga ketertiban ruang kelas. Hal-hal kecil ini menjadi bagian dari pendidikan karakter yang tak terasa menggurui, namun menyentuh batin.
MATSAMA juga dirancang untuk membuka mata siswa bahwa belajar di madrasah bukan berarti hidup di ruang yang tertutup. Moderasi beragama menjadi salah satu materi utama yang dikenalkan sejak awal. Kegiatan ini melibatkan tokoh inspiratif seperti “Bunda Modis” dan para agen serta duta moderasi dari Kementerian Agama. Tujuannya bukan untuk mengarahkan pada satu cara berpikir, tapi untuk membiasakan dialog, menghargai perbedaan, dan berpikir kritis dalam koridor kebajikan.

Yang menarik, MATSAMA tak hanya mengubah cara pandang siswa baru, tapi juga menjadi ruang belajar bagi siswa lama yang tergabung dalam OSIS. Ketua Panitia MATSAMA, Mohammad Subkhi, S.Pd., M.Pd., menyebut bahwa kegiatan ini menjadi ajang pelatihan kepemimpinan langsung bagi para pengurus OSIS. “Mereka belajar bagaimana mengatur waktu, mengelola teman sebayanya, dan yang paling penting: belajar menjadi contoh, bukan hanya pemimpin,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan pun dikemas dengan pendekatan yang tidak seremonial. Usai apel, para siswa diajak melaksanakan sholat Dhuha berjamaah, sebuah pembiasaan yang menyentuh sisi spiritual mereka sejak hari pertama. Dilanjutkan dengan sesi “Selayang Pandang Pembelajaran” bersama Wakil Kepala Bidang Kurikulum, Ida Mukarromah, S.Ag., M.Pd., yang tidak hanya memperkenalkan sistem belajar di madrasah, tapi juga menguatkan motivasi belajar. “Tiga tahun ke depan bisa menjadi perjalanan yang luar biasa jika kalian membuka diri dan semangat belajar,” pesan Ida kepada siswa.
Sebagai penguat karakter sosial, MATSAMA juga menghadirkan sesi outbound yang dijadwalkan pada hari Rabu, (16/7/2025). Kegiatan ini dipandu langsung oleh Ustaz Hashim, seorang trainer nasional yang juga merupakan bagian dari komite madrasah. Kegiatan ini bukan semata-mata permainan fisik, tetapi latihan kerja sama, kesabaran, dan daya juang. “Anak-anak harus belajar menyelesaikan tantangan tanpa harus menjadi yang tercepat. Yang penting bisa saling bantu dan tidak menyerah,” ujar Hashim.
Baca Juga : Dampak Program Prabowo: Panen Lebih Cepat, Petani Kota Malang Makin Produktif
Selain itu, penguatan rasa kepemilikan terhadap madrasah juga ditanamkan melalui kegiatan “Jelajah Madrasah”. Para siswa baru diajak berkeliling mengenal ruang-ruang yang kelak menjadi bagian dari kehidupan mereka: koperasi, perpustakaan, UKS, ruang BK, dan taman belajar. Aktivitas ini memberi ruang bagi siswa untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi mulai menjejak sebagai bagian dari keluarga besar MTsN 2 Kota Malang.
Di balik kegiatan itu semua, ada pesan-pesan yang lebih halus namun penting: bahwa di madrasah ini, mereka bukan sekadar siswa. Mereka adalah manusia muda yang akan tumbuh bersama nilai, lingkungan, dan komunitas. Kepala Tata Usaha, Drs. Suharyono, menyampaikan harapan agar kerja sama antara siswa dan tenaga pendidik berjalan sinergis. “Kami bukan hanya pengajar, tapi juga pendamping dalam proses tumbuh kalian,” ujarnya.
Puncak kegiatan MATSAMA direncanakan akan diisi dengan penampilan kreatif dari siswa, penobatan peserta dan kelas terbaik, serta penghargaan bagi pendamping OSIS yang paling inspiratif. Namun bagi banyak siswa, mungkin momen-momen kecil, saling membantu saat outbound, tertawa saat mengenal nama baru, atau menyusun botol bekas bersama adalah yang akan mereka ingat lebih lama.
MATSAMA di MTsN 2 Kota Malang tidak menawarkan euforia instan. Ia menawarkan fondasi. Sebuah awal yang tenang namun kuat, untuk sebuah perjalanan panjang bernama pendidikan.