JATIMTIMES - Beras adalah makanan pokok yang menjadi sumber karbohidrat utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, tak semua beras yang beredar di pasaran terjamin aman dan berkualitas baik.
Fenomena beras oplosan kini menjadi sorotan karena tidak hanya merugikan konsumen dari sisi ekonomi, tetapi juga dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
Baca Juga : Waspada Modus Penipuan Resi Paket JO dan 13, Makan Banyak Korban Lewat COD
Apa Itu Beras Oplosan?
Beras oplosan adalah beras yang sengaja dicampur dengan berbagai jenis beras lain, sering kali beras berkualitas rendah, beras lama, atau bahkan beras yang telah rusak. Demi menipu konsumen, oknum pedagang kerap menambahkan zat kimia tertentu agar beras terlihat putih, bersih, dan tampak baru.
"Praktik pengoplosan beras bukan hanya merugikan konsumen secara ekonomi, tetapi juga bisa mengancam kesehatan masyarakat,” tegas Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, dalam pernyataan resminya.
Risiko Bahan Kimia dalam Beras Oplosan
Salah satu ancaman terbesar dari beras oplosan adalah kemungkinan adanya bahan kimia tambahan. Beberapa pedagang nakal dilaporkan memakai zat pemutih, pengawet, bahkan pewangi agar beras terlihat lebih menarik.
Penggunaan bahan kimia ini tentu tidak aman karena berisiko menyebabkan berbagai masalah kesehatan, di antaranya:
• Iritasi saluran pencernaan
• Gangguan fungsi hati dan ginjal
• Potensi kanker dalam jangka panjang
“Zat kimia seperti pemutih atau pengawet yang ditambahkan ke pangan bisa menjadi toksik. Konsumsi dalam jangka panjang meningkatkan risiko penyakit serius,” ujar Dr. Rita Ramayulis, pakar gizi klinik.
Ancaman Kontaminasi Mikroorganisme
Selain bahan kimia, beras oplosan juga berpotensi terkontaminasi mikroorganisme berbahaya. Beras yang sudah lama, berjamur, atau disimpan dalam kondisi lembap rentan menjadi sarang jamur serta bakteri patogen.
Jika beras terkontaminasi dikonsumsi, konsumen bisa mengalami berbagai masalah kesehatan, misalnya:
• Keracunan makanan
• Diare dan muntah
• Gangguan pencernaan lainnya
• Infeksi saluran pencernaan.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), jamur Aspergillus sp. yang sering tumbuh pada beras lama dapat menghasilkan aflatoksin, senyawa yang bersifat karsinogenik dan bisa merusak hati.
"Aflatoksin termasuk zat berbahaya karena bersifat karsinogen. Paparan jangka panjang berpotensi menyebabkan kanker hati,” tulis BPOM dalam laporan resminya.
Baca Juga : Pemutihan Pajak, Pemprov Jatim Bebaskan Tunggakan Pajak untuk Masyarakat Kurang Mampu dan Ojol
Cara Menghindari Beras Oplosan
Agar terhindar dari bahaya beras oplosan, masyarakat diimbau untuk lebih selektif saat membeli beras. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
- Beli beras di toko atau distributor resmi yang terpercaya.
- Perhatikan warna dan aroma beras. Beras asli biasanya berwarna putih kekuningan alami, bukan putih mencolok.
- Cium aroma beras. Beras oplosan kadang memiliki bau kimia yang menyengat.
- Periksa kebersihan kemasan dan cek label informasi produk.
- Simak informasi resmi dari instansi seperti Badan Pangan Nasional atau BPOM terkait daftar beras bermasalah.
Mengonsumsi beras oplosan bukan hanya soal kerugian finansial, tetapi juga ancaman nyata bagi kesehatan. Dari paparan bahan kimia berbahaya hingga risiko infeksi mikroorganisme, bahaya beras oplosan sangat patut diwaspadai.
Masyarakat perlu lebih waspada dan teliti dalam memilih beras, demi menjaga kesehatan diri dan keluarga. Seperti ditegaskan Kepala Badan Pangan Nasional, “Masyarakat jangan tergiur harga murah. Keamanan pangan harus jadi prioritas utama.”
Dengan kewaspadaan yang tinggi, diharapkan praktik pengoplosan beras bisa diminimalkan dan konsumen tetap aman mengonsumsi bahan pangan pokok sehari-hari.