JATIMTIMES - Di tengah pergolakan dan ambisi besar yang meliputi Jawa pada akhir abad ke-16, muncullah seorang tokoh penting yang tidak hanya meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Kediri, tetapi juga mempengaruhi dinamika kekuasaan Mataram Islam. Dia adalah Senapati Kediri, seorang panglima perang yang berjasa, ahli strategi, dan arsitek yang visioner. Kisah hidupnya yang heroik dan tragis mencerminkan kompleksitas zaman, di mana aliansi, pertempuran, dan pembangunan berpadu dalam perjalanan yang penuh liku.
Awal Karier dan Kebangkitan di Bawah Mataram Islam
Pada tahun 1586, ketika Panembahan Senopati memulai ekspansinya untuk memperluas kekuasaan Mataram Islam, Kediri menjadi salah satu target utamanya. Kediri, yang sebelumnya merupakan bagian dari kekuasaan Majapahit, memiliki posisi strategis dan nilai ekonomis yang tinggi. Dalam upayanya untuk menguasai Jawa, Senopati berhasil merebut Madiun pada tahun 1590 dan Kediri setahun kemudian, pada 1591.
Baca Juga : Soroti Realisasi Pendapatan dan Belanja, DPRD Kota Malang: Banyak Tools untuk Optimalisasi
Setelah penaklukan Kediri, seorang tokoh yang dikenal sebagai Senapati Kediri muncul sebagai sosok penting dalam struktur kekuasaan Mataram. Ia diangkat sebagai anak oleh Panembahan Senopati dan diberi kepercayaan penuh untuk mengelola wilayah yang baru ditaklukkan. Senapati Kediri menerima anugerah tanah seluas 1.500 petak sebagai tanda penghargaan atas jasanya. Menurut Serat Kandha, ia juga berjasa dalam menumpas pemberontakan dan mengalahkan Ratu Jalu, yang memperkuat posisi Mataram di Kediri.
Pembangunan Kuta Bacingah: Benteng Kebanggaan Mataram
Senapati Kediri tidak hanya dikenal sebagai panglima perang yang tangguh, tetapi juga sebagai seorang arsitek dan pembangun ulung. Pada tahun 1587, ia memimpin proyek ambisius pembangunan benteng besar yang dikenal sebagai Kuta Bacingah atau Kuta Gedhe. Benteng ini dibangun untuk memperkuat pertahanan Mataram dan menjadi simbol kekuatan serta kemegahan kerajaan.
Menurut Babad Tanah Djawi, Kuta Bacingah dibangun dengan menggunakan batu bata putih dan merah, tanpa adanya lubang-lubang untuk menembak, mencerminkan keyakinan Senapati Kediri terhadap kekuatan Mataram dalam menghadapi ancaman dari luar. Pembangunan tembok ini menjadi bukti dedikasi Senapati Kediri terhadap Mataram dan memperkokoh posisi kerajaan sebagai pusat kekuasaan yang tak tergoyahkan di Jawa.
Konflik Internal dan Pembelotan Orang Kediri
Meskipun keberhasilan awal Mataram dalam menaklukkan Kediri dan membangun infrastruktur yang kuat, masa-masa setelahnya tidak selalu berjalan mulus. Setelah wafatnya Bupati Kediri, Pangeran Mas, muncul ketidakpuasan di antara saudara-saudaranya - termasuk Senapati Kediri, Saradipa, Kentol Jeianggu, dan Kartimasa. Ketidakpuasan ini dipicu oleh pengangkatan Ratu Jalu oleh Pangeran Surabaya, yang dianggap tidak adil oleh mereka.
Pada tahun 1591, Senapati Kediri dan saudara-saudaranya memutuskan untuk membelot ke Mataram, memberikan dukungan mereka kepada Panembahan Senopati. Langkah ini memperkuat posisi Mataram, meskipun menimbulkan konflik dengan kekuatan dari Surabaya. Dalam Serat Kandha, dikisahkan bahwa para pembelot dari Kediri berhasil menembus pertahanan Ratu Jalu dan bergabung dengan pasukan Mataram. Senapati Kediri, meskipun terluka dalam pertempuran, kembali ke Mataram dengan kejayaan dan menerima tanah serta penghargaan yang lebih besar dari Panembahan Senopati.
Pertempuran Mematikan di Uter
Namun, kebangkitan Mataram tidak berlangsung tanpa tantangan. Pada tahun 1593 atau 1595, terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Adipati Gending dan Adipati Pesagi. Mereka berusaha merebut kembali Madiun dan mengalahkan Mataram dengan menghimpun kekuatan besar dari Jawa Timur.
Panembahan Senopati mengirimkan dua pasukan untuk menghadapi ancaman ini: Pangeran Purbaya untuk mengatasi serangan dari utara dan Senapati Kediri untuk menghadapi serangan dari selatan. Pertempuran besar terjadi di daerah Uter, yang kemungkinan adalah Nguter di Sukoharjo atau Uteran di Madiun. Dalam pertempuran ini, Senapati Kediri dan Adipati Pesagi berhadapan dalam duel yang menentukan. Keduanya gugur dalam pertempuran, namun pasukan Mataram berhasil memukul mundur musuh dan membawa kemenangan kembali ke Mataram.
Baca Juga : Tak Ada Penerbangan di Bandara Dhoho Kediri, DPRD Jatim Minta Pemprov Cari Solusi
Senapati Kediri, yang tewas dalam pertempuran, dimakamkan dengan penuh kehormatan di Wedi, Klaten, di dekat makam Sunan Tembayat, sebagaimana perintah Panembahan Senopati. Pengorbanan dan keberanian Senapati Kediri meninggalkan warisan yang abadi dalam sejarah Mataram.
Akhir dan Dampak pada Dinamika Kekuasaan Jawa
Kematian Senapati Kediri dalam pertempuran di Uter menjadi titik balik dalam sejarah Mataram. Meskipun kehilangan salah satu panglima terbaiknya, Mataram berhasil mempertahankan kedudukannya sebagai kekuatan dominan di Jawa. Penaklukan Kediri, pembangunan benteng Kuta Bacingah, dan kemenangan dalam pertempuran melawan pemberontakan memperkuat posisi Mataram sebagai kerajaan yang tak terkalahkan.
Namun, kisah Senapati Kediri juga mencerminkan betapa rumitnya politik pada masa itu. Aliansi dan pembelotan yang terus berubah menunjukkan bagaimana kekuasaan tidak pernah benar-benar stabil. Senapati Kediri, dengan segala jasanya, menjadi simbol dari dinamika ini, seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi jalannya sejarah melalui kepemimpinan militer, visi arsitektural, dan keberaniannya di medan perang.
Kisah Senapati Kediri adalah bagian penting dari sejarah Jawa pada akhir abad ke-16. Dari awal kariernya di bawah Mataram Islam hingga perannya dalam pembangunan benteng Kuta Bacingah dan akhirnya kematiannya dalam pertempuran yang menentukan, Senapati Kediri meninggalkan jejak yang tak terlupakan. Warisannya sebagai panglima perang, arsitek, dan pemimpin terus dikenang sebagai bagian integral dari sejarah Mataram dan Kediri.
Dengan kemampuannya dalam strategi militer dan visi pembangunan yang kuat, Senapati Kediri tidak hanya memperkuat pertahanan Mataram tetapi juga membantu membentuk identitas kerajaan ini sebagai pusat kekuasaan yang kokoh dan berpengaruh di Jawa. Perannya yang kompleks dan beragam mencerminkan tantangan dan kejayaan yang dihadapi oleh Mataram dalam upayanya untuk menjadi kekuatan dominan di Jawa.